Dalam Al-Quran disebutkan bahwa kehidupan yang hakiki dan sesungguhnya adalah kehidupan akhirat. Sedangkan kehidupan dunia ini hanyalah sementara dan tidak abadi.
Kehidupan di dunia adalah ladang untuk beramal sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Menjelaskan kehidupan dunia ini Al-Quran menyebutkan kehidupan dunia adalah sendau gurau dan permainan. Ini bisa kita lihat dalam Quran surat al-An’am ayat 32, surat Muhammad :36, al-Ankabut: 64 dan al-Hadid 20.
Dalam surat al-An’am ayat 32 dikatakan kehidupan dunia hanyalah sendau gurau, sedangkan kehidupan akhirat itulah yang terbaik bagi orang yang bertakwa.
Dalam ayat ini jelas disebutkan bahwa orang yang bertakwa melihat kehidupan akhirat yang terbaik. Dan, orang yang bertakwa itu adalah orang yang beriman kepada Allah, kepada yang gaib, kepada kitab-kitab, kepada malaikat, rasul dan membantu orang miskin dan kesusahan.
Dalam surat Muhammad ayat 36 redaksinya hampir sama dengan surat al-An’am 36 yaitu kehidupan dunia ini hanyalah sendau gurau dan permainan. Sedangkan orang yang bertakwa akan memperoleh balasan kehidupan yang baik.
Kemudian dalam surat al-Ankabut ayat 64 Allah mengatakan, masih kehidupan dunia ini sebagai sendau gurau, sedangkan kehidupan akhirat adalah yang terbaik jika manusia mengetahui.
Manusia hanya mengetahui kehidupan yang nyata dan real, sedangkan kehidupan akhirat yang masih abstrakh mereka kurang mengetahui dan kurang peduli. Kalau dikaitkan dengan ayat yang lain maka kehidupan akhirat itu hanya bisa diyakini oleh orang yang beriman.
Pada surat Ali Imran ayat 14 Allah berfirman ” Dihiasi bagi manusia merasa senang pada wanita, anak cucu, harta benda yang terkumpul, yang berupa emas dan perak, kuda yang tangkas, hewan ternak, sawah ladang. Yang demikian itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan di sisi Allah tersedia tempat kembali yang baik (akhirat).”
Dalam surat al-Hadid ayat 20 ini cukup panjang mengulas kehidupan dunia. Tampaknya ini merupakan statmen pamungkas tentang kehidupan dunia. Allah berfirman,” Ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sendau gurau,perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan dan tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan akhirat itu nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain kesenangan yang palsu”.
Dalam ayat di atas Al-Quran berbicara tentang kehidupan yang real dan nyata di dunia, kemudian Allah membuat sebuah metafora yang indah tentang kehidupan dunia yang berakhir dengan tragis dan menyedihkan. Bahwa, kehidupan di dunia adalah tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu (mataa’ul guruur).
Sebagai statemen inti bahwa kehidupan dunia adalan sendau gurau dan permainan, Al-Quran kemudian memaparkan realita kehidupan manusia untuk saling berlomba mengumpulkan harta, mencari kebanggaan yang kalau sekarang bisa disebut prestise sosial, kemudian saling berpacu mengangkat derajat keturunan atau anak dan keluarga yang terpandang dalam kehidupan. Kalau sekarang mungkin bisa diumpamakan mendidik anak agar menjadi sarjana, magister dan doktor dan sekolah bukan hanya di dalam negeri, tetapi di mancanegara. Atau menjadikan anak sebagai pengusaha besar, pengusaha sukses, meraih karir politik, profesional yang dihormati oleh manusia Namun, segala kesuksesan ini hanya untuk mencari kebanggaan dunia tanpa meyakini adanya kehidupan yang lebih kekal dan abadi, yaitu kehidupan akhirat.
Kesuksesan itulah yang ditamsilkan dalam Al-Quran bagaikan petani yang menanam tanaman kemudian diguyur hujan sehingga menjadi subur berwarna hijau dan indah yang membuat petani takjub dan kagum. Namun, keindahan itu tidaklah abadi dan tiba masanya tumbuhan itu menjadi tua, kering daunnya dan berubah warna menjadi kuning, untuk kemudian rontok dan hancur lenyap dalam kehidupan.
Dalam metafora yang lain surat al-Kahfi ayat 45 Al-Quran membuat perumpamaan kehidupan dunia ini bagaikan air hujan yang menyuburkan tanah dan tanaman, lalu menjadi kering oleh panas dan disapu beterbangan oleh hembusan angin. ” Dan buatlah untuk mereka atau manusia perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Sandiwara kehidupan dunia
Dalam dunia hiburan ada tayangan yang disebut sinetron. Ia menceritakan berbagai aspek kehidupan yang mungkin menyedihkan, menggembirakan dan menegangkan. Sinetron adalah cerita tentang kehidupan yang sudah disetting kisahnya.
Namun, dalam kehidupan kita melihat sinetron yang sebenarnya, fakta yang terjadi, realitas sesungguhnya dalam hidup manusia. Jika kita konfirmasikan dengan Al-Quran maka panorama kehidupan dengan berbagai kisah dan kejadiannya itulah yang disebutkan bahwa kehidupan itu hanyalah sendau gurau, permainan dan kesenangan yang sementara, tidak abadi dan tidak kekal.
Sandiwara, permainan dan sendau gurau dalam kehidupan yang merupakan kesenangan sementara terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Kasus penembakan polisi atas polisi, pembunuhan atau anlawful killing di KM 50, perbuatan korupsi, kejahatan pemerkosaan dan lainnya adalah sandiwara atau permainan kehidupan yang menggambarkan kesedihan dan tragedi.
Di dalam kehidupan ini tragedi dan kesengsaraan hidup manusia itu tidak akan terjadi jika manusia meyakini kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Dan, manusia lupa menyadari bahwa hidupnya itu tidak akan kekal karena ada keterbatasan dengan adanya kematian.
Adanya kehidupan akhirat tidak bisa ditolak . Argumen para filosof menyatakan, bahwa dibalik alam yang nyata ada Pencipta Yang Maha Kuasa yang gaib, tidak dapat ditangkap dengan alat panca indera, hanya dapat disadari dengan akal budi. ( Drs.N.A. Rasyid Dt.Mangkudun,Manusia Dalam Konsepsi Islam, CV Karya Indah, Jakarta,1980 hal.16-17).
Adanya kehidupan akhirat, karena manusia makhluk berakal budi yang menyadari adanya akibat perbuatan buruk atau baik. Bila ia pilih perbuatan yang berakibat buruk atau merusak orang lain maka ia harus dihukum. Kalau ia pilih perbuatan yang berakibat baik bagi dirinya dan bagi orang lain maka ia berhak diberi pahala atau balasan (ibid 16-17).
Menurut Rasyid Dt Mangkudun, kehidupan akhirat itu penting karena ada keterbatasan dalam hidup manusia yaitu, pertama, penelitian hakim-hakim di dunia amat terbatas untuk mengetahui salah atau benarnya seseorang. Oleh karena itu tidak mungkin terdapat hukuman yang adil di dunia ini. Berapa banyaknya penjahat yang tidak dapat dihukum karena tidak diketahui atau tidak dapat dibuktikan kejahatannya. Sebaliknya berapa banyak pula orang-orang yang berbuat baik yang tidak dapat dibalas budi baiknya di dunia ini.
Kedua, umur manusia terlalu pendek, tidak cukup untuk menerima balasan kejahatan atau kebaikan yang seharusnya lebih lama dari masa hidupnya.
Ketiga, kehidupan di dunia masih dalam proses,belum berakhir. Evaluasi tentang kehidupan seseorang dapat dilakukan sesudah kehidupan itu berakhir, yaitu sesudah mati.
Keempat, banyak raja-raja dan orang-orang yang berkuasa sepanjang sejarah yang berlaku kejam dan zalim terhadap rakyatnya belum dapat balasan atau kejahatannya. Sebaliknya banyak pula raja- raja dan pemimpin yang berjasa besar belum pula dapat imbalan jasa di dunia ini.
Jika manusia menyadari ketidakabadian hidup di dunia ini, dan segala perbuatan yang dilakukannya di dunia, akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti, maka manusia pasti berpikir berulangkali untuk berbuat kejahatan dan keangkaramurkaan
Hanya, sekarang timbul pertanyaan apakah masih ada rasa takut itu dalam diri manusia dengan hukum pasca kematian tersebut. Di mana tidak ada penolong, selain amal dan kebaikan yang pernah dilakukan ketika hidup di dunia!