Pada pameran tunggal lukisan Edo Pop di Emmitan Fine Art Gallery, Surabaya, Desember 2005, yang bertajuk Membuat Rumah Baru, pelukis Yogyakarta asal Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, ini mengatakan bahwa ekplorasi rupa yang dilakukannya pada lukisan setara dengan eksplorasi tema yang dikembangkannya.
Edo Pop tentu sudah banyak menggelar pameran lukisan selama rentang tahun 2005 sampai 2022. Namun, saya hanya ingin mengambil kilas balik khusus pada pameran tunggal lukisannya tahun 2005 di atas. Terhitung sejak 2005 sampai 2022, saya melompat 17 tahun kemudian untuk menakar Edo Pop pada pameran tunggal lukisannya terkini bertema A Women is a Breath of Life di Philippines, tepatnya di 306 Fox Square Building, 53 Connecticut St., Northeast Greenhills San Juan City, tanggal 9 Juni – 1 Juli 2022 baru-baru ini.
Kilas Balik Perempuam
Ketika pameran tunggal lukisan Edo Pop tahun 2005 di Surabaya itu, saya menyumbang satu judul ulasan pada katalog pamerannya. Sebelumnya, saya menanyakan argumennya mengambil tema Membuat Rumah Baru dan menjadikan perempuan sebagai seluruh subyek utama lukisannya. Rupanya Edo Pop sedang menuai kebahagiaan lahir batin sebagai seorang kepala keluarga melampaui teks Kartu Keluarga dan akad di buku nikah.
Ketika itu, Tuhan sudah mengaruniainya anak pertama, yaitu seorang perempuan berumur sekitar 4 tahun. Dua perempuan dalam satu keluarga inti saat itu merupakan tantangan bagi seorang laki-laki berstatus ayah bagi anaknya dan suami bagi istrinya. Inilah poin “Rumah Baru” yang sedang dan hendak dibangun Edo Pop dalam pameran di Surabaya itu.
Refleksi saya di atas tidak saya tuliskan di katalog Emmitan Fine Art Gallery melainkan pengembangan opini belakangan setelah mengamati perjalanan berkarya seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini. Saya mulai mencoba membuat penafsiran sistematis atas lukisan Edo Pop berdasarkan konsistensi refleksi dan imajinya terhadap bentuk dan tema lukisan yang digoreskannya di kanvas.
Tipe Ideal Perempuan
Pertanyaan kritis menyeruak, “Apakah tema perempuan lukisan Edo Pop itu sesempit dunia domestik yang seolah memasung semua kaum Hawa dari keluasan sektor dunia publik?” Jawabannya tidak! Pameran tunggal lukisan terkini Edo Pop di Philippines pada 9 Juni – 1 Juli 2022 lalu menampakkan jawaban itu. Ada 10 lukisan yang dipamerkannya. Bagai dialog ruang dan waktu, imajiner maupun faktual, kompleksitas peradaban manusia –minus perbedaan status gender– semakin banyak menawarkan tantangan refleksi dan imaji bagi Edo Pop.

Pada perkembangan tematiknya, Edo Pop meletakkan rupa perempuan terkini dalam lukisannya sama kompleks dan ambigunya dengan rupa laki-laki. Percampuran ruang domestik dan ruang publik yang saling tumpang-tindih secara liar akibat segregasi oleh pertarungan modal kapitalisme, oligarki politik dan ekonomi, serta kekacauan nilai budaya dan propanisasi agama menampak dalam bentuk suprarealis lukisannya.
Benturan peradaban dalam lukisan Edo Pop tidak bermain dalam narasi besar yang idealis sebagaimana perdebatan komunis(me) melawan kapitalis(me), kaum liberalis(me) versus kelompok puritanis(me), seorang teolog menghadapi sang atheis, atau elemen gerakan chauvinis(me) kontra pendukung Pancasilais(me). Lukisan Edo Pop kebanyakan memainkan kontra posisi bentuk-rupa ringan yang populer di mata masyarakat, ibarat bintik merah di kulit tubuh putih atau tetesan getah putih di kulit tubuh gelap.
Benturan peradaban yang menjadi dialektika dari tema-tema kecil, seperti kertas (buku), plastik, metal, sendok-garpu, kawat, senjata api, kursi, mantel, boneka, dan lain-lain dengan rupa perempuan sebagai subyek utama lukisannya itulah yang memungkinkan Edo Pop menemukan tipe ideal perempuannya. Gambaran itu terlihat pada lukisan Heristoris (175 cm x 145 cm; acrylic on canvas; 2021), Mengurai Mimpi Pagi (145 cm x 200 cm; acrylic on canvas; 2018), dan Perempuan Soliter (120 cm x 145 cm; acrylic on canvas; 2021).

Bagi Edo Pop, melalui dialog short message service (SMS) per 29 Juni 2022, perempuan adalah sumber napas kehidupan. Lantaran itu, perempuan “harus punya kebebasan dan mandiri untuk menentukan pola hidup di masa depan; dapat memilih dengan cerdas sesuai pesan-pesan moral agamanya; memilih kemaslahatan (kebaikan) untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakatnya”.
Alasan di atas itulah sebagai dasar dari motivasi dan rasionalisasi tindakan terkait tipe ideal perempuan Edo Pop, yaitu “perempuan harus berkualitas, berpengalaman, berwawasan luas, berilmu-pengetahuan yang cukup, berketerampilan memadai, dan juga berakhlak karimah (adab terpuji)”. Semua tipe ideal perempuan ini, bagi Edo Pop, melahirkan refleksi estetis melalui rupa lukisannya.

Dapat dikatakan bahwa Edo Pop mengacak realitas konkret dan metafisis dalam sebuah dialog metarealis. Ia tak melukis wajah seperti fotografer. Lukisannya merupakan dialektika produktif dan interaktif antara gagasan (imaji) dan tema keseharian (persepsi). Dialektika ini akan terus berlanjut sebagai proses kreatif bentuk lukisannya atas fenomena sosial politik, ekonomi, budaya, dan religiusitasnya. Bolehlah diamati terus.
Penulis : Mulyadi J. Amalik, Penikmat seni rupa dan kontributor Forum Drawing Indonesia (FDI).