Pertanyaan: Siapakah bidadari itu dan untuk siapa mereka? Apakah hanya di surga saja ada bidadari? (Johan Arifin, Samarinda, Kalimantan Timur).
Jawaban Majelis Muzakarah Al-Azhar:
Al-Qur’an menamai “bidadari” dengan sebutan “hurrun ‘iin”. Jika kita uraikan secara harfiah, “hurrun” ialah perempuan (perawan) yang berkulit putih mulus, dan “iin” ialah bermata bundar (tidak sipit) dan alis yang tebal bak semut beriring.
Dalam ayat 70 dan 72 surah Ar-Rahman disebutkan sebagai perawan-perawan suci jelita terpelihara dalam khaimah-khaimah yang indah. Ayat 74 surah Ar-Rahman juga menyebutkan bahwa mereka belum pernah sebelumnya disentuh, baik oleh manusia maupun jin.
Di dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Turmudzi dari Ali ibn Abi Thalib r.a. disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu ada suatu sanggar untuk bidadari-bidadari. Mereka menyanyi dengan suara yang belum pernah didengar makhluk semerdu itu. Mereka menyenandungkan: ‘Kami adalah perempuan berkeadaan abadi. Kami tidak akan rusak selama-lamanya. Kami adalah istri pemberi kenikmatan (dan) kami tidak akan bertingkah tidak baik. Kami adalah orang yang senantiasa ridha (dan) kami tidak akan pernah bakal gusar. Berbahagialah orang yang memperoleh (mempunyai) kami dan kami punyai’.”
Catatan: Perawan suci jelita maksudnya ialah bahwa mereka tidak akan mengalami menstruasi dan tidak akan menua, laksana mutiara yang tersimpan (lihat suah Al-Waqi’ah ayat 23).
Siapakah suami (pasangan) mereka di surga? Menurut surah Al-Waqi’ah adalah mereka yang “muqarrabuun” dan “golongan kanan” (ashabul yamiin). Lihat ayat-ayat 8 dan 9.
Lalu, bagaimana dengan para istri yang salihah di dunia ini, jika mereka dikehendaki Allah SWT menjadi ahli surga? Untuk itu Majelis sebutkan sebuah hadis yang diberitakan oleh Malik mengenai perlakuan sahabat Zubair ibn Awwam terhadap istrinya Asma binti Abu Bakar. Zubair ringan sekali tangannya menyakiti Asma. Suatu kali, setelah Zubair memukulnya dengan keras, Asma mengadu kepada ayahnya, Abu Bakar. Sahabat utama Nabi yang kemudian menjadi khalifah Rasulullah yang pertama ini menasihati putrinya: “Sabarlah wahai anakku. Sebab Zubair (suamimu) itu seorang laki-laki yang salih. Mungkin dialah nanti yang akan menjadi suamimu di surga. Sebab sudah sampai kabar kepadaku (dari Nabi SAW) bahwasanya seorang laki-laki yang mengawini seorang perempuan perawan, maka wanita itulah yang akan dikawininya (dipasangkan kepadanya) lagi di surga.
Masih ada dua, tiga buah hadis yang semakna yang dikumpulkan oleh Imam Abdul Wahab Asy-Sya’rani dalam Tadzkiratul Qurtubiy.
Jawaban atas pertanyaan: Apakah hanya di surga saja ada bidadari? Menurut Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabawi: Ya.
Sumber: Majalah Panji Masyarakat, No. 556, 9-18 Rabi’ul Awal 1408 H./-10 November 1987.