Ads
Cakrawala

Islam Menentang dan Anti Perbudakan

person holding gray metal chain
Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Bupati Langkat non-aktif Sumatera Utara, Terbit Rencana Perangin Angin (TRP) seperti membuka kotak pandora . Begitu kena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK (18/2) dalam kasus suap proyek infrastruktur, diketahui ia punya ruangan khusus diduga  untuk mengkerangkeng manusia di belakang rumahnya. 

Sebuah ruangan dengan ukuran 6×6 meter tersebut  diduga untuk menyekap banyak orang dijadikan tenaga kerja alias budak tanpa bayar. Mereka dipekerjakan di kebun kelapa sawit miliknya dan mendapat perlakuan yang mengenaskan seperti dugaan kekerasan dan minim makan. Karena perbuatannya itu, pemerhati buruh migran, Migrant Care telah melaporkannya ke Komnas HAM karena dianggap melakukan perbudakan modern yang dilarang undang-undang .Terbit sempat berkilah bahwa ruangan yang sudah didirikan sejak 10 tahun lalu itu adalah tempat rehabilitasi dan pembinaan mereka yang kecanduan  narkoba.

Kalaulah apa yang dilakukan politisi dan mantan anggota DPRD ini benar, tentu ini kenyataan yang memprihatinkan dan memilukan. Bagaimana mungkin dalam dunia yang sudah beradab seperti sekarang  masih ada perilaku layaknya  pada masyarakat primitif dan terkebelakang. Ini jelas kenyataan yang miris.

Dengan demikian polisi  atau penegak hukum harus bekerja keras untuk membuktikan bukan hanya pada kasus korupsi, tetapi juga dugaan  perbuatan kejahatan. Sampai saat ini berita tentang adanya kerangkeng untuk perbudakan dan penyiksaan ini memang masih simpang siur, karena ada pengakuan dari penghuninya yang membantah dugaan penyiksaan, perbudakan dan lainnya  tersebut.

Banyak coraknya

Bisa juga timbul pertanyaan bagaimana mungkin seorang pejabat yang telah memiliki kekayaan demikian besar, baik berupa nominal uang sampai kisaran puluhan miliaran, tanah, surat berharga, kendaraan dan lainnya yang sebenarnya bisa ditaksir sudah jauh melebihi kebutuhan masih mau melakukan  perbuatan yang merugikan orang lain, tentunya demi mendapatkan  keuntungan yang besar.

Pada dasarnya watak buruk manusia kalau tidak dikontrol dan dikendalikan akan menimbulkan kesengsaraan dan kekacauan dalam kehidupan. Sifat dan perilaku manusia seperti inilah yang dilukiskan oleh  sosiolog Islam Ibnu Khaldun sebagai watak kebinatangan yang mengendalikan jiwa dan hati manusia.

Menurut Ibnu Khaldun, kekurangan yang terdapat dalam diri manusia adalah akibat dari sifat-sifat kebinatangan yang masih tersisa dalam dirinya. Sifat itu adalah keinginan untuk menguasai dan bahkan merampas hak milik orang lain, apabila hak milik orang lain itu telah tampak oleh matanya. Apabila manusia itu diserahkan saja pada kehendak hatinya, maka masyarakat manusia itu akan hidup dalam kekacauan yang amat sangat, yang ditandai oleh rampas-merampas dan pada akhirnya bunuh membunuh sesama mereka ( Dr. A. Rahman Zainuddin, Jurnal Ilmu Politik No  10,Jakarta,1990).

Tidak mustahil tampaknya bahwa dalam dunia moderen perbudakan manusia itu masih terjadi. Melimpahnya tenaga kerja tidak sebanding dengan lapangan kerja yang ada menyebabkan  orang menerima saja pekerjaan, meski upah atau imbalannya tidak layak. Posisi tawar mereka sangat lemah dan pasrah menerima apa adanya 

Demikian juga faktor kemiskinan bisa melahirkan eksploitasi atas manusia. Anak-anak di bawah umur dipekerjakan, dieksploitasi  sebagai pengemis, buruh anak dan lainnya. Itu bisa terjadi di semua sektor baik industri maupun di pertanian. Bahkan, di bidang pelayaran atau anak  buah kapal (ABK) tidak jarang  terjadi muncul eksploitasi atau perbudakan, mereka dipaksa kerja puluhan jam tanpa bayaran, bekerja di bawah tekanan dan ancaman fisik maupun nyawanya melayang.

Human trafficking atau perdagangan orang juga  merupakan suatu perbudakan moderen baik untuk tenaga kerja maupun bisnis prostitusi. Organisasi Buruh Internasional ( ILO) mengungkapkan tidak kurang 40 juta orang sekarang menjadi korban perbudakan  moderen (modern slavery). Beberapa ahli mencatat ada beberapa bidang pekerjaan yang rawan perbudakan moderen. Di antaranya, perbudakan di tengah laut, budak ganja, perbudakan berkedok pengemis,  perbudakan tersembunyi dan lainnya.

Perbudakan bisa terjadi karena faktor keserakahan manusia dan kurangnya penghargaan pada martabat manusia. Cinta pada harta yang sangat berlebihan sehingga cenderung mengaggap harta itu sebagai tuhan. Dunia moderen yang materialistik selalu mengukur kesuksesan dan keberhasilan serta prestisius  itu dari sudut materi dan harta kekayaan yang dimiliki. Ini justru bisa mendorong ketamakan dan ingin menguasai apa saja, meski diperoleh dengan cara yang tidak baik. Kepekaan dan semangat solidaritas sosial yang tipis pada akhirnya mendorong untuk melakukan eksploitasi dan perbudakan pada manusia, tanpa adanya rasa kepedulian dan semangat empati pada sesama manusia.

Islam dan Perbudakan

Praktek perbudakan  tergolong tua usianya. Hampir terdapat pada semua bangsa, baik ketika bangsa itu masih terkebelakang maupun ketika sudah maju, mungkin dengan praktek yang lebih halus.

Ajaran Islam sangat kuat ingin menghapus perbudakan. Doktrin Islam  memuliakan manusia. Dalam surat al-Isra ayat 70 dikatakan,” Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan  yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Selain itu, kemuliaan manusia juga dengan dijadikan sebagai khalifah atau wakil Allah di bumi untuk berbuat kebaikan dan kesejahteraan bagi umat manusia.

Demikian juga secara praktis Islam yang dibawa Nabi Muhammad melakukan perubahan atau revolusi, termasuk revolusi sosial atau kemasyarakatan yang intinya menciptakan persamaan setiap manusia. Manusia tidak boleh dibedakan hanya karena suku, turunan dan warna kulit. Kalau ada perbedaan hanya pada tingkat ketaqwaan kepada Allah dan kerajinan dalam beribadah dan menghambakan diri kepada Allsh.

Namun, revolusi atau perubahan terhadap perbudakan tidak dilakukan secara drastis dan keras. Penghapusan terhadap lembaga perbudakan dilakukan secara evolusi, cara damai, perlahan dan persuasif.

Dalam masyarakat Jahiliyah ketika Nabi hadir menjadi Rasul, masyarakat hanya terdiri dari kelas budak dan kelas tuan. Suku yang paling terhormat dan menonjol adalah suku Quraisy. Perbudakan di zaman jahiliyah sangat eksploitatif. Para budak sangat menderita karena diperlakukan tidak manusiawi seperti dipekerjakan yang berat-berat, diperas dan dihisap tenaganya, disiksa dan diperjualbelikan.

Nabi Muhammad melakukan beberapa metode untuk membebaskan perbudakan. Pertama, pengikut Nabi yang melakukan kesalahan tertentu maka hukumannya ialah dengan memerdekakan budak. Kedua, Nabi juga memerintahkan dan mengizinkan seorang budak boleh membeli kebebasannya dengan uang yang diperolehnya  Ketiga, Nabi juga memerintahkan agar budak diberi kebebasan bekerja sesuai perjanjian dengan tuannya agar ia bisa bekerja dan memperoleh penghasilan untuk menebus kebebasannya. Keempat, Nabi juga menetapkan kas negara harus menyiapkan sejumlah uang untuk menebus pembebasan budak. Kelima, seorang mukmin yang membunuh mukmin lainnya tanpa sengaja, hukumannya dengan membebaskan budak  Keenam, Nabi juga memerintahkan seorang budak yang melarikan diri ke wilayah negara Islam otomatis mendapatkan kebebasannya (Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, Penerbit Navila, Yogyakarta, 2008).

Itulah antara lain upaya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad untuk menghapuskan sistem perbudakan sehingga terwujud keadilan dan persamaan di antara manusia. Hal-hal yang lain dilakukan oleh Nabi adalah memerintahkan untuk memperlakukan budak dengan baik dan santun seperti layaknya keluarga sendiri baik dalam hal makanan, pakaian dan perlakuan sehari-hari.

Nabi sendiri memiliki seorang budak yang bernama Zaid bin Haritsah. Ia dimerdekakan oleh Nabi dan dijadikan anak angkatnya. Ia termasuk penganut Islam yang awal.  Zaid, yang bekas budak ini sering  dipercaya memimpin pasukan, sementara komandan pasukan di bawahnya menerima tanpa keluhan. Usamah bin Zaid, putera Zaid, pada masa Khalifah Abu Bakar mendapat kehormatan memimpin ekspedisi pasukan melawan Yunani.

Sahabat Nabi Abu Bakar Siddik terkenal dengan pembebasan pada budak Bilal bin Rabah, yang kemudian menjadi muadzin Nabi. Ketika Bilal masuk Islam ia disiksa dangan kejam oleh majikannya, yang kemudian ditebus Abu Bakar dan dimerdekakannya.

Khalifah Umar bin Khattab terkenal dengan ucapannya,” Mengapa hendak engkau perbudak manusia, padahal dia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka”.

Pemikiran Umar bin Khattab yang disampaikan 14 abad yang lalu, jauh sebelum Deklarasi  Hak Asasi  Manusia dan jauh pula mendahulu para pejuang hak-hak kemerdekaan tokoh -tokoh dunia. Islam jelas menentang dan  anti perbudakan.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading