Panji Milenial

Songsong Satu Abad Kemerdekaan, Dosen Unisa Yogyakarta: Generasi Muda Masih Hadapi Masalah Pelik

PANJIMASYARAKAT – Menuju satu abad kemerdekaan, keadaan Indonesia jauh dari kata baik. Masalah kompleks yang berkaitan dengan pendidikan, politik, sosial, kesehatan, dan ekonomi masih membelenggu Indonesia.

“Menuju satu abad Indonesia, keadaan Indonesia tidak baik-baik saja. Ada banyak masalah kompleks, seperti korupsi, pendidikan, sosial, atau masalah yang lebih besar lagi yang dihadapi Indonesia,” ujar salah satu dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Iwan Setiawan, S.Ag., M.S.I. dalam sarasehan online yang diselenggarakan Panji Masyarakat dan Islamic Studies Forum, Kamis (22/4/2021).

Untuk itu, Iwan berharap agar anak muda turun tangan dalam menyelesaikan masalah bangsa Indonesia tersebut. Apalagi, pada 2030-2040 mendatang, Indonesia diprediksi akan mengalami era bonus demografi, yaitu era di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif.

“Ini menjadi kesempatan yang baik untuk mengentaskan Indonesia dari permasalahan-permasalahan tersebut,” katanya.

Bonus demografi bisa menjadi peluang besar jika dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebaliknya, kondisi tersebut juga bisa menjadi bumerang jika salah mengambil langkah. Salah satu kunci keberhasilan bonus demografi terletak pada kualitas penduduk usia produktif.

Oleh karena itu, pembangunan pemuda sebagai generasi penerus bangsa menjadi satu hal penting yang perlu dipersiapkan sebelum menyongsong era bonus demografi. Namun, Iwan menyebutkan bahwa pemuda Indonesia saat ini juga masih menghadapi beberapa masalah yang cukup serius.

“Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh anak muda dan masih menjadi PR bagi pemerintah,” katanya.

Pertama, berkaitan dengan identitas nasional. Indonesia bukan negara Islam, melainkan negara yang mayoritas penduduknya Islam. Dengan kata lain, Indonesia merupakan negara religius, tetapi bukan negara Islam karena pendirinya bukan orang yang beragama Islam saja.

Sayangnya, masih banyak pemuda yang belum memahami hal tersebut. Hal itu harus dipahami oleh pemuda sebagai generasi penerus bangsa agar bisa menumbuhkan sikap toleransi satu sama lain. Sangat penting bagi para pemuda untuk meresapi nilai-nilai agama dan kebangsaan.

Kedua, kecemasan dan depresi. Pemuda Indonesia tengah menghadapi krisis kesehatan mental. Satu di antaranya, mereka sering mencemaskan masa depan yang belum pasti.

Terkait hal ini, Iwan menyinggung soal puisi ciptaan W.S. Rendra berjudul “Sajak Seonggok Jagung” yang mewakili kecemasan anak muda. Puisi tersebut menceritakan tentang pandangan seorang anak muda kurang pendidikan dan anak muda tamatan SMA terhadap seonggok jagung.

Anak muda tamatan SMA memandang seonggok jagung itu hanya serupa jagung, tidak melihat kemungkinan-kemungkinan untuk mengolah jagung tersebut menjadi hal yang bermanfaat. Itulah yang menyebabkannya tetap miskin. Berbeda dengan anak muda kurang pendidikan yang memandang seonggok jagung tersebut sebagai peluang dan berinisiatif mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Puisi “Sajak Seonggok Jagung” menyadarkan bahwa masa depan pemuda ditentukan oleh mereka sendiri. Setinggi apa pun pendidikan mereka, jika tidak bisa melihat peluang, maka akan terus menghadapi kemiskinan.

Ketiga, ketimpangan. Menurut Iwan, masih ada ketimpangan antara pemuda yang hidup di kota dan pemuda yang hidup di desa. Misalnya, akses internet. Pemuda kota sangat mudah dalam mengakses internet, sementara ada beberapa pemuda desa yang masih kesulitan karena penyebaran akses internet belum merata. Ketimpangan ini juga menjadi masalah yang cukup serius.

“Masalah anak muda ini harus segera diatasi agar mereka siap menghadapi bonus demografi dan memajukan bangsa, baik dari segi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, maupun budaya,” pungkasnya.

Editor: Yusnaeni

About the author

Umy Nasrukhah

Umy Nasrukhah adalah anggota magang Panji Masyarakat batch 2. Saat ini tengah berkuliah di Universitas Jember jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tinggalkan Komentar Anda