Ads
Cakrawala

Teknologi Kedermawanan

Teknologi informatika, kian shopisticated. Memudahkan cara berdonasi, sekaligus menyederhanakannya. Yang kian dimudahkan, niat. Will. Semakin shopisticated, tidak menjadikan hati yang tertutup memudahkan dan meringankan seseorang untuk membantu. Setiap orang beriman, niscaya membukakan hati dan pikiran untuk membantu sesama, khususnya yang paling mudah, dengan harta yang dimilikinya. PR tersulit dalam dakwah filantropi, bukan mengikhtiarkan harta, justru menggerakkan hati mengikhlaskan harta. Karena itulah, bagi pegiat filantropi, tak ada kata lelah apalagi bosan untuk “menggerakkan hati”.

Menggerakkan hati, bisa lebih berat dari “memindahkan patung”. Benar, patung apalagi ukurannya besar dan bobotnya juga berat karena patung tidak bisa bergerak sendiri. Tapi asal ada kemauan, seseorang bisa saja “menggerakkan patung” – tepatnya  memindahkan patung dari satu tempat ke tempat yang lain. Lain halnya dengan menggerakkan hati. Hati akan mandah, diam tak bergerak, tanpa kemauan. Stimulan apapun takkan membuat hati seseorang tergerak. Kecuali ada yang menggerakkannya, membujuknya, mendorongnya. Yang bisa menggerakkan hati seseorang, mungkin kejadian alam seperti bencana alam, atau sebab lain menstimulir hati sehingga tergerak. Mungkin, kejadian non alami, telah menyentuh hati seseorang sehingga tergerak, misalnya membantu orang yang tertimpa bencana. Kesulitan hidup, karena keterbatasan, sering memudahkan hati tergerak. Karena orang lain lapar, sebagai kejadian yang klise, maka orang lain membantu. Seperti wabah COVID-19, benar ia bukan bencana alam yang tiba-tiba, tetapi memapar banyak orang sehingga orang yang tadinya berpenghasilan tiba-tiba tidak berpenghasilan. Kondisi hilangnya pendapatan, memapar banyak orang, sehingga secara umum mematikan perekonomian. Pusat-pusat perbelanjaan, terhenti aktivitasnya. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di mana-mana.

Kondisi itu memapar banyak orang, sekaligus ikhtiar membantu sesama juga terdengar di mana-mana. Orang susah karena miskin bertambah, tadinya seseorang bekerja dan berpenghasilan, setelah wabah terjadi, ia tak lagi bekerja dan tak lagi berpenghasilan. Secara nasional, negara pun menggelontorkan bantuan atas kondisi itu. Bantuan pun diberikan, natura atau cash. Bahan pangan atau uang. Lembaga kemanusiaan tidak ketinggalan, ikut menggerakkan kedermawanan.  Ramadhan sebagai bulan penuh berkah, memang menjadi momentum menggerakkan hati untuk membantu sesama. Dalam rangkaian Ramadhan, ada batas maksimal untuk membantu sesama. Yang paling mungkin, zakat fitrah berupa beras per jiwa untuk setiap muslim yang hidup dalam Ramadhan. Selain itu, sebagai bantuan pangan yang wajib, jenis amal saleh lainnya yang tidak diwajibkan, ada wakaf dan sedekah. COVID-19 ini, mendorong amal saleh lainnya selain zakat (fitrah), karena Allah melipatgandakan ganjaran amal saleh pada Ramadhan.  Dalam suasana Ramadhan ini, banyak hati demikian  mudah tergerak. Misalnya, untuk pegawai kecil yang sakit, mahasiswa pascasarjana sebuah kampus, tergerak unuk membantu yang bersangkutan karena sudah gajinya kecil, ia juga hanya bekerja secara kontrak tanpa gaji bulan. Moga-moga amal saleh para mahasiswa pascasarjana ini dibalas Allah SWT.

Kembali ke judul tulisan ini, “teknologi kedermawanan”. Teknologi seharusnya memudahkan orang membantu sesama. Kemudahan, secara teknis harus terjadi dan dirasakan untuk setiap orang bisa membantu. Karenanya, kemudahan untuk membantu, harus terjadi dimana-mana, salah satunya, dengan intensitas Lembaga filantropi mempublikasikan dengan berbagai cara, kegiatannya: kampanye menolong kesulitan orang lain. Itu yang menjadi hajat terbesar Lembaga filantropi ini. Di antara banyak cara, yang mulai menginspirasi banyak orang – hikmah mewabahnya coronavirus di Indonesia dan dunia, kampanye konser amal (dari rumah), aktivitas yang berbeda dengan konser amal biasa. Tanpa kerumunan, tanpa mengumpulkan massa, secara virtual orang tetap bisa mengikuti konser dan – bisa beramal. Seperti yang terselenggara atas kerjasama Kompas TV dan Rosiana Silalahi. Buat saya dan pegiat filantropi, ada celah amal sebagai bentuk teknologi kedermawanan.

Konser amal (dari rumah) menjadi amal saleh baru, semoga ini menjadi tren di tengah praktik filantropi sosial di Indonesia dan di dunia. COVID-19, telah ikut memberi “jalan keluar” kemanusiaan dan aktivitas kemanusiaan.

Tentang Penulis

Avatar photo

Iqbal Setyarso

Wartawan Panji Masyarakat (1997-2001). Ia antara lain pernah bekerja di Aksi Cepat Tanggap (ACT), Jakarta, dan kini aktif di Indonesia Care, yang juga bergerak di bidang kemanusiaan.

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading