PANJIMASYARAKAT – Kelompok hijrah dinilai berhasil merebut otoritas di ruang publik dengan menghadirkan dakwah yang interaktif mampu mewarnai moderasi islam. Berdakwah dengan menggunakan bahasa kaumnya, yaitu bahasa anak muda. Dengan cara itu, kegiatan kajian laris didatangi. Walaupun begitu, tetap bentuk kecintaan terhadap agamalah yang paling utama.
Lalu, Apa yang Dimaksud dengan Moderasi Islam?
Moderasi adalah jalan pertengahan. Menurut Ibnu Faris, sebagaimana dikutip oleh Muchlis M. Hanafi (2009), bahwa al-washatiyyah berasal dari kata wasath yang memiliki makna adil, baik, tengah dan seimbang.
Selanjutnya M. Hanafi (2009) mengutip pendapat pakar tafsir Abu Su’ud, bahwa kata wasath pada mulanya menunjuk pada sesuatu yang menjadi titik temu semua sisi seperti pusat lingkaran (tengah). Sebagai contoh, seperti pertengah antara kikir dan boros yaitu sifat dermawan.
Karena sejalan dengan ajaran Islam yang universal dan bercorak seimbang, maka moderasi didefinisikan sebagai sebuah metode berpikir, berinteraksi, dan berperilaku yang didasari atas sikap yang seimbang dalam menyikapi dua keadaan perilaku yang dimungkinkan untuk dibandingkan dan dianalisis, sehingga dapat ditemukan sikap yang sesuai dengan kondisi dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama dan tradisi masyarakat.
Seperti Apa Bentuk Moderasi Islam Terdahulu?
Sebagai contoh, seperti dulu dimana umat Islam disebut ummatan washathan (umat yang serasi dan seimbang) karena mampu memadukan dua kutub agama terdahulu, yaitu Yahudi yang terlalu membumi dan Nashrani yang terlalu melangit. Buktinya ialah adanya perpindahan arah kiblat yang asalnya menghadap Masjidil Aqsha menjadi menghadap Masjidil Haram. Ini membuktikan kemandirian dan kemurnian ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Apa Itu Kelompok Hijrah?
Kelompok ini dilatarbelakangi oleh adanya rasa cinta terhadap agamanya dan juga upaya untuk menanamkan kecintaan terhadap agama, dengan menanamkan militansi religious. Fenomena kelompok hijrah diapresiasi karena punya sisi positif dari konten dakwah yang diusungnya. Kelompok-kelompok hijrah dan semua anggota kelompoknya memiliki tujuan yang sama. Dimana, mereka sama-sama ingin memaknai agamanya dan ingin mengamalkan agamanya yang diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelompok ini merebut secara parsial otoritas keagamaan di ruang publik. Mengingat kontestasi pemaknaan agama memang akan terus terjadi. Dengan menempuh cara yang berbeda-beda tergantung konteksnya. Gerakan hijrah ini terlihat sebagai salah satu bentuk pemaknaan atau interpretasi terhadap agama yang coba dipahami oleh teman-teman kelompok hijrah.
Mengapa Kelompok Hijrah Mampu Mewarnai Moderasi Islam?
Fenomena hijrah mulai populer di akhir tahun 2015 dan awal 2016 berdasarkan penelitian tentang Tren Keberagamaan Gerakan Hijrah Kontemporer di tahun 2020 yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Dengan usianya yang masih muda maka tidak terlihat keragaman ajaran dan nilai yang ditawarkan yang ada di dalam komunitas-komunitas hijrah.
Komunitas hijrah memaknai hijrah menjadi bagian dari konversi keagamaan yang bersifat intensifikasi terhadap keyakinan yang bergeser dari pengalaman atau praktek individu ke gerakan komunal. Pemaknaan ini berkembang di kalangan kelas menengah urban terutama di kalangan muda. Yang mana, penelitian menunjukkan dua tipologi. Pertama adalah konservatif dan yang kedua adalah Islamis. Keragaman tingkat konservatisme ini terlihat dari sikap tertutup dalam merespon isu tertentu, (tapi) terbuka terhadap isu yang lain. Sedangkan, dari lima kelompok hijrah yang diteliti hanya satu kelompok yang menunjukkan adanya dukungan terhadap islamisme atau politik Islam.
Strategi yang dilakukan oleh kelompok hijrah ialah dengan menargetkan kelompok usia milenial sebagai pemeran utamanya. Dimana, usia milenial ini diyakini akan memiliki konstribusi yang besar di kehidupan yang akan datang. Usia milenial juga dinilai memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dalam membuat gagasan-gagasan baru. Maka akan lebih mudah jika usia milenial menjadi targetnya.
Dengan Cara Apa Kelompok Hijrah Mewarnai Moderasi Islam?
Sebagai bentuk strateginya, kelompok hijrah ini mengoptimalisasi penggunaan media sosial dan penyajian pesan sesuai dengan selera anak muda seperti penggunaan budaya pop dalam berdakwah contohnya dengan tidak menghilangkan unsur kemurnian suatu syariat.
Seperti yang kita ketahui, fenomena gerakan hijrah berhasil membuat wajah anak muda berubah perlahan. Citra malam Minggu yang bebas berganti positif menjadi kegiatan di masjid untuk mengikuti kajian rutin. Keberhasilan gerakan hijrah mendekati relung jiwa segmen muda, tidak lepas dari penyesuaian diri yang dilakukan terhadap perubahan zaman. Kajian Islam dikemas lewat bahasa muda serta menghadirkan ustaz gaul seperti Hanan Attaki dan Evie Effendi. Dan untuk contoh kelompok hijrahnya yaitu seperti Shift.
Dalam hal ini, kini hijrah menjadi mode. Perilaku hijrah menjadi perilaku anak muda yang tidak konservatif. Kelompok hijrah menyediakan ruang identitas dan peluang ekspresi untuk anak muda. Fenomena positif tersebut tidak lepas dari rasa empati terhadap penderitaan penduduk Muslim di daerah konflik seperti Palestina maupun Syria yang viral di jagat linimasa misalnya hingga menjadi headline pemberitaan dunia. Ditambah, meningkatnya kesadaran anak muda untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Namun, selayaknya sebuah tren, fenomena masifnya gerakan hijrah ini dikhawatirkan hanya akan berakhir sebagai penanda zaman. Pasalnya, tren gaya hidup terus berkembang yang memungkinkan hadirnya budaya baru dalam jangka waktu sangat cepat. Mungkin saja tren ini akan menghilang karena perubahan gaya hidup anak muda itu dinamis dan berkembang sangat cepat.