Ads
Aktualita

MTQ Nasional 2020 dan Gerakan Kembali Ke Surau

Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Nasional pertama kali dilaksanakan di Ujung Pandang (kini Makassar) Sulawesi Selatan tahun 1968. Event nasional MTQ dua tahun sekali (semula setiap tahun) harus dimaknai secara substantif agar tidak berlalu begitu saja.

Satu kebanggaan bagi Sumatera Barat pada tahun ini kembali menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Nasional XXVIII yang telah berlangsung dari tanggal 14 sampai dengan 20 November 2020.MTQ Nasional kali ini mengulang jejak sukses MTQ Nasional XIII Tahun 1983. Kebanggaan tersebut menjadi lengkap dengan diraihnya predikat Juara Umum MTQ Nasional Tahun 2020 oleh tuan rumah Sumatera Barat.

Musabaqah Tilawatil Quran merupakan momentum untuk meningkatkan semangat dan gairah umat Islam dalam membaca, memahami dan mengamalkan firman Allah SWT yang terhimpun di dalam kitab suci Al Quran. Al Quran bahkan seyogyanya menjadi bacaan wajib di setiap rumah tangga muslim. Di samping itu Al Quran perlu dibaca dan dikaji di perguruan tinggi agama dan umum dalam studi multidisipliner, sehingga mukjizat ilmiah di dalam kandungan ayat-ayat suci Al Quran membuka cakrawala ilmu pengetahuan dan peradaban yang lebih luas.

Al Quran merupakan kebenaran mutlak dan sumber ajaran Islam yang merupakan rahmatan lil alamin. Dari kajian Al Quran-lah tumbuh dan berkembang khazanah pemikiran dan keilmuan serta kemajuan umat Islam dari masa ke masa. Karena itu, kita perlu membaca Al Quran dengan hati yang terbuka untuk mendapatkan hidayah Ilahi agar umat Islam mampu memberi jawaban dan solusi terhadap berbagai problematika dihadapi kemanusiaan sepanjang zaman.

Meski MTQ Nasional XXVIII telah selesai dilaksanakan di ranah Minang, pesan dan semangat MTQ tetap perlu dipelihara di tengah masyarakat, di daerah yang dikenal dengan motto “Adat basandi Syara’ dan Syara basandi Kitabullah.”

Orang Minang adalah etnik dan suku bangsa yang punya peran dan kontribusi besar dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diharapkan memaknai MTQ Nasional sebagai momentum untuk merevitalisasi gerakan kembali ke Surau dan gerakan literasi keagamaan yang kini digiatkan oleh Kementerian Agama.

Gerakan Kembali ke Surau, bukan dalam arti mengajak kembali ke masa lampau, tetapi kembali ke jatidiri dan identitas kultural orang Minang yang di masa silam banyak melahirkan ulama, zuama, pemimpin, negarawan dan cerdik-pandai di berbagai bidang yang berkiprah di tingkat nasional maupun daerah. Islam dan Adat Minangkabau serta nasionalisme Indonesia selama ini telah menyatu dalam pandangan hidup orang Minang.

Konsep pendidikan Surau tetap menemukan relevansinya dengan semangat zaman sekarang bila dikelola dengan baik. Pola dan konsep pendidikan nonformal Surau mengintegrasikan pendidikan agama, adat istiadat, budaya, kemasyarakatan, bela diri dan pembentukan karakter sejak dini. Belajar “mengaji” yakni baca tulis dan tahfiz Quran diajarkan di Surau. Pendidikan Surau mencerminkan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan keagamaan dan pembentukan kepribadian anak Minang yang beradat dan beragama (Islam).

Surau sebagai bangunan fisik bisa lapuk dimakan zaman. Tetapi Surau sebagai bangunan peradaban dan institusi pendidikan nonformal yang telah menyejarah perlu dilestarikan dan direvitalisasi. Sosok ulama besar, seperti Inyiak Syekh Doktor Haji Abdul Karim Amrullah, Inyiak Syekh Muhammad Djamil Djambek, Inyiak Syekh Daud Rasjidi, Inyiak Syekh Ibrahim Musa Parabek, Inyiak Syekh Muhammad Djamil Jaho, Inyiak Sulaiman Ar-Rasuli Canduang, Syekh Dr. Abdullah Ahmad, Zainuddin Labay El Yunusi, Buya Prof. Dr. Hamka, Mohammad Natsir, Buya A.R. Sutan Mansur, Buya Duski Samad, Buya HMD Datuk Palimo Kayo, Nasaruddin Latif, Ibu Rahmah El Yunusiyyah, Prof. Dr. Mahmud Yunus, dan masih banyak lagi yang lain, adalah puncak-puncak ketokohan ulama kebanggaan Sumatera Barat dan Indonesia, dimana kehidupan dan perjuangan mereka istiqamah dalam membumikan Al Quran dan Sunnah.

MTQ, selayaknya dimaknai sebagai medium untuk menggaungkan nilai-nilai tauhid sosial dalam cahaya Al-Quran di tengah perikehidupan umat. Melalui MTQ Nasional yang diselenggarakan secara berkala dan bergilir antar provinsi yang menjadi tuan rumah, diharapkan dapat membangun ketahanan ruhani umat dan mengobarkan optimisme bangsa. Peninggalan monumental MTQ Nasional sejatinya bukan berupa bangunan fisik, tetapi terawatnya kesadaran beragama di tengah masyarakat dan pendidikan Al Quran yang diharapkan semakin berkembang.

Hemat penulis, tidak ada tempat bagi buta aksara Al Quran di dalam masyarakat muslim Indonesia yang secara berkala mengadakan Musabaqah Tilawatil Quran. Petikan lirik lagu Mars MTQ Nasional ciptaan Agus Sunaryo yang begitu menggugah patut diresapi:

“Gema Musabaqah Tilawatil Quran. Pancaran Ilahi.
Cinta Pada Allah Nabi dan Negara.
Wajib Bagi kita.
Limpah Ruah Bumi Indonesia Adil Makmur Sentosa.
Baldatun Thayyibatun Wababbun Ghafur.
Pasti Terlaksana.

Penulis : M. Fuad Nasar, Pegiat Filantropi, Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI.

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading