Ramadan

Buya Hamka tentang Puasa (2): Mengorganisir Salat Tarawih

Maka tersebutlah dalam sejarah, masih pada pertengahan abad pertama hijrah, negeri Mekah diperintah gubernur dari Bani Umaiyah, yaitu Khalid ibn Abdullah Al-Qisni. Selama dia jadi gubernur, penduduk Mekah bertambah banyak. Pada suatu hari pertengahan bulan Ramadan masjid ramai dan penuh sesak oleh orang yang bertarawih. Sehingga tidak muat kalau diadakan salat jamaah secara biasa. Yakni  salat menghadap kiblat dari satu penjuru saja, yaitu dari sebelah timur. Adapun yang di sebelah barat belum dipakai salat.

Maka Gubernur Khalid memerintahkan para jamaah salat dengan seorang imam memenuhi sekeliling Ka’bah, dan imam berdiri sebelah timur di dekat Hijir Ismail. Seluruh makmum berdiri mengelilingi imam, masing-masing menghadap kiblat yang satu, walaupun ada yang berhadap-hadapan dengan imam.

Itulah untuk pertama kalinya orang salat mengelilingi Ka’bah dengan satu imam. Mulanya orang Mekah tercengang, tetapi kemudian mereka dapat memahami. Tentu saja ulama-ulama menyetujui kebijaksanaan Gubernur, sebab tempat menjadi lapang. Samalah keheranannya orang Mekah itu dengan jamaah haji dari negeri lain ketika dia salat pertama kali di Masjidil Haram. Rupanya di zaman Nabi s.a.w. dan zaman khalifah yang empat (Abu Bakr, Umar, Utsman dan  Ali), belumlah orang salat berkeliling Ka’bah sebagaimana yang kita lihat sekarang.

Tuhan Lebih Dekat

Marilah kita ramaikan bulan yang mulia ini, bukan dengan hura-hura yang hiruk-pikuk, tapi dengan tdharru’. Yakni dengan mendekatkan diri kepada Allah yang sedekat-dekatnya. Baiklah saya (Hamka) kutipkan firman Allah:

“Dan apabila bertanya hamba-Ku kepada engkau tentang hal-Ku, maka sungguh Aku itu dekat akan Aku perkenankan orang yang berdoa apabila dia memohon sesuatu kepada-Ku. Oleh karena itu hendklah mereka menyambut seruan-Ku dan percaya kepada-Ku. Mudah-mudahan mereka akan mendapat jalan yang benar.” (Q. 2:186).

Buya Hamka

Itu adalah ayat kelima  dalam susunan tujuh ayat yang menerangkan perintah puasa di dalam Alquran, yang diawali dengan seruan berpuasa kepada orang-orang beriman. Kalau kita renungkan susunan ayat-ayat itu, maka ayat 186 inilah yang tampaknya menjadi tujuan puasa. Setiap hari kita dianjurkan berbuat baik, namun selama bulan Ramadan kita diperintahkan mengerjakan amalan lebih ketat dan menghentikan makan dan minum di siang hari. Ahli-ahli ilmu jiwa mengatakan, bahwa kosongnya perut dari makanan dan minuman menjadikan jiwa lebih ringat buat mendekati Tuhan. Dan dengan tegas Allah mengatakan dalam ayat ini, jika hamba-Nya bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang Tuhan, disuruhlah beliau menjelaskan bahwa di waktu itu Tuhan lebih dekat dan Tuhan berjanji akan mengabulkan doa seseorang apabila dia betul-betul memohon kepada-Nya. Dengan syarat, hendaklah yang bersangkutan siap selalu melaksanakan apa pun yang diperintahkan Allah. Bersambung.

Sumber:  Majalah Panji Masyarakat, 5 Januari 1998.

About the author

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda