Berbagi Cerita Corona

Sedih, Rawat Pasien Positif Corona Melalui Video Call

Serial tulisan testimonial di panjimasyarakat.com ini didedikasikan untuk mendokumentasikan dan membagikan pengalaman baik dari berbagai tempat dan latar belakang penulis untuk saling menguatkan dalam menghadapi wabah Virus CORONA COVID-19.
Kami tunggu partisipasi Anda, kirim via WA
0895616638283 atau email panjimasyarakat.com@gmail.com
–Pemimpin Redaksi

DEPOK, INDONESIA —  Sampai Sabtu malam, 28 Maret 2020, saya pontang-panting mencari rumah sakit rujukan, hingga 5 rumah sakit saya hubungi, untuk bisa menampung pasien positif Corona Covid-19 yang menjadi wilayah tanggung jawab kami. Ada dua RS Rujukan Corona Covid-10 di wilayah Kota Depok. Satu rumah sakit daerah, satu lagi RS milik kepolisian. Tapi dua-duanya penuh untuk isolasi pasien positif Corona. Di RS milik kepolisian di kawasan Kelapa Dua Depok, hanya tersisa satu tempat tidur, tapi untuk pasien laki-laki. Sedangkan pasien kami, seorang ibu. Ya sudah, kami menyerah. Pasien positif Corona ini akhirnya diisolasi di rumah sendiri.

Saya seorang bidan yang sehari-hari bertugas sebagai tenaga kesehatan di salah satu Puskesmas di Kota Depok. Beberapa hari sebelumnya kami dihubungi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Diinformasikan bahwa ada seorang pasien terkonfirmasi positif terinfeksi virus Corona Covid-19. Pasien ini seorang ibu muda, yang minggu lalu suaminya tak tertolong, meninggal dunia karena terinfeksi virus Corona Covid-19. Inna lillahi wainna ilaihi rojiun. Sang istri dan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil, paling besar usia 12 tahun, di hari itu pun langsung dites dengan rapid test Covid-19. Hasilnya? Alhamdulillah, 3 anaknya negatif. Tapi ibunya, meski tampak sehat, ternyata positif Corona.

Nailufi El Murobbah (baju merah) bersama tim. (foto: dok pribadi)

Dinas Kesehatan menunjuk Puskesmas kami sebagai tim medis yang bertugas menanganinya,   karena pasien tersebut tinggal di wilayah administrasi Puskesmas tempat saya bekerja. Begitu menerima perintah itu, hari itu juga saya dan beberapa dokter mencari rumah sakit rujukan, termasuk RS rujukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tempat pasien menjalani tes.

Semula Dinas Kesehatan menunjuk sebuah rumah sakit swasta di Depok untuk menanganinya. Tapi setelah kami cek, rumah sakit tersebut tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk merawat pasien positif Corona yang harus diisolasi total. Kami justru khawatir bila nanti pasien positif Corona ini malah menulari dokter dan tenaga medis serta pasien lainnya di rumah sakit itu.

Keputusan untuk mengisolasi pasien positif Corona di rumah sendiri, sepertinya karena memang tak ada pilihan lain.  Meski warga di sekitar tempat tinggalnya begitu tahu bahwa Ibu itu diisiloasi di rumah dan tidak dirawat di rumah sakit, sempat ribut, bahkan hampir mengusirnya. MasyaAllah. Bagaimana mungkin. Ibu itu dan anak-anaknya memang tinggal di situ di rumah sendiri. Kami pun akhirnya turun tangan mengedukasi warga, bahwa pasien positif Corona ini mengisolasi diri bukan hanya di rumah, tapi di kamar saja. Sehingga aman bagi kemungkinan penularan. Asalkan tidak ada tetangga yang mendatangi rumah atau masuk ke kamar tersebut.

APD (Alat Pelindung Diri) tenaga medis masih pakai jas hujan. Pemerintah mestinya sediakan APD standar. (foto: dok pribadi)

Namun demikian saya dan tenaga medis yang menanganinya pun tak bisa melakukan perawatan dan fasilitasi di rumah tersebut. Dalam bebarapa hari saya hanya bisa memantau, menfasilitasi dan mengedukasi pasien ini dengan jarak jauh, menggunakan video call. Dua kali sehari saya mengecek dan memberi edukasi tentang bagaimana isolasi mandiri di rumah, hanya lewat telpon video. Sedih sekali.

Meski demikian hal itu jauh lebih baik, dibandingkan bila kami yang merawat di rumahnya, dengan perlengkapan yang tidak memadai. Sejak kami ditugaskan sebagai tim kesehatan Corona Covid-19, alat pelindung diri (APD) yang diperlukan petugas medis agar tidak terifeksi virus, seperti APD (Alat Pelindung Diri) yang standar, masker N95, sarung tangan, sepatu boot dan helm pelindung,  pun harus kami sediakan sendiri, karena belum ada fasilitas dari Dinas Kesehatan. Sudah dua minggu ini kami hanya menggunakan jas hujan dan masker N95 untuk tenaga medis, yang kami sediakan sendiri. Di tengah keterbatasan kami, kami tetap harus mengamankan diri dari kemungkinan terinfeksi virus Corona Covid-19 ini.

Tentu saja kami sangat berharap Pemerintah memberi kelangkapan ‘senjata’ yang memadai ketika kami para petugas medis harus ‘berperang’ melawan virus. Karena bila tidak, virus Corona yang pertama-tama akan rawan menyerang, menginfeksi kami para tenaga medis, karena kamilah yang paling intens berinteraksi dengan pasien, baik pasien dalam pengawasan maupun, saat ini pasien positif Corona Covid-19. (*)

About the author

Avatar photo

Nailufi El Murobba

Bidan, tenaga kesehatan bertugas di Puskesmas di Kota Depok

1 Comment

  • Yang sabar ya nev jaga kesehatan dan mari kita sama sama berusaha dan berdoa semoga kita semua terhindar dari wabah corona 19 ini

Tinggalkan Komentar Anda