Mutiara

Usaha Orang Jawa Melegitimasi Kekuasaan

Syarif Hidayat atau Sunan Gunung Jati sesungguhnya orang asing yang menyebarkan Islam di Jawa. Setelah berkuasa ia dibuatkan silsilah yang  merupakan hasil perpaduan dua budaya yang berbeda. Dari sisi ayah, ia keturunan raja Mesir, sementara dari sisi ibu, ia merupakan keturunan raja Pajajaran.

Syahdan, atas dukungan para wali dari Jawa Timur, dan disaksikan Raja Demak Raden Patah serta aramada laut dan balatentara di bawah Panglima Fadhilah Khan, Syarif Hidayat atau Sunan Gunung Jati dinobatkan sebagai Raja Cirebon.

Hadirnya pusat kekuasaan baru di Tatar Sunda ini dirasakan sebagai rongrongan dan perlawnan terhadap kekuasaan Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi. Untuk itu ia mengirim Tumenggung Jagabaya untuk kembali menguasai Cirebon. Ketika sang Tumenggng dan pasukannya tiba di Cirebon, mereka disergap oleh pasukan gabungan Cirebon-Demak di bawah panglima Fadhilah Khan – dan takluk. Tumengung Jagabaya dan pasukannya kemudian masuk Islam.

Lantaran Tumenggung Jagabaya dan pasukanya lama tidak kembali ke Pakuan, ibu kota Kerajaan Pajajaran,  Prabu Siliwangi segera mempersiapkan angkatan perang untuk menyerang Cirebon. Tetapi niatnya untuk menyerang Cirebon berhasil dicegah oleh penasehatnya, Ki Purwagalih. Ia mengingatkan Sang Prabu bahwa Syarif Hidayat adalah cucunya sendiri; Sayarif Hidayat adalah menantu Walangsungsang atas pernikahannya dengan Pakungwati; dan penobatan awal Syarif Hidayat atas kehendak putranya sendiri Pangeran Cakrabuana. “Jadi, sungguh tidak terpuji sang kakek memerangi cucunya sendiri,” kata Ki Purwa.

Prabu Siliwangi wafat pada tahun 1521, dan setelah itu Kerajaan Sunda-Pajajaran pun melemah hingga akhirnya punah. Sementara itu, kekuasaan Sunan Gunung Jati semakin kukuh. Ia tidak hanya mendirikan wangsa Cirebon tapi juga wangsa Banten yang kemudian disereahkan kepada putranya Maulana Hasanuddin. Bahkan  Banten kelak tercatat sebagai kesultanan Islam yang mengalami kejayaan di Nusantara.

Seperti dikemukakan Soemarsaid Moertono (1985),  jika suatu wangsa yang memerintah tidak mempunyai tali hubungan darah dengan dinasti sebelumnya, maka orang Jawa  menguasahakan berbagai cara untuk membuktikan kesiambungan. Demikian pula yang terjadi dalam penggantian atau perebutan kekuasaan di Kerajaan Sunda. Syarif Hidayat atau Sunan Gunung Jati adalah seorang asing yang menyebarkan Islam di bagian timur Jawa Barat. Maka, ketika berhadapan dengan keganjilan bahwa dua wangsa itu (Cirebon dan Banten) tidak punya pertalian dengan wangsa penguasa sebelumnya, para penulis babad dengan berbagai akal menghubungkan mereka dengan raja-raja Pajajaran. Yakni dengan hanya membayangkan saja bahwa seorang putra dan seorang putri dari salah seorang raja-raja terakhir Pajajaran telah dikirim ke Arab. Di sana sang putri menikah dengan seorang raja, yang kemudian melahirkan seorang putra untuk kemudian kembali ke Jawa menjadi wali Sunan Gunung Jati, leluhur wangsa Cirebon.         

Syahdan, Prabu Siliwangi menikah dengan Nyai Subang Larang, putri Patih Singapura, yaitu Ki Gede Tapa, dari istrinya yang bernama Nyai Ratna Kranjang. Ratna Kranjang sendiri adalah putri Ki Gede Kasmaya yang menjadi penguasa Cirebon Girang, salah satu dukuh di dalam wilayah Wanagiri. Pada usia 14 tahun, Nyai Subang Larang dibawa oleh bibinya, Nyai Lara Huda (istri Ki Dampu Awang), ke Malaka dan menetap di sana selama dua tahun, kemudian kembali ke Jawa dan selanjutnya berguru kepada Syekh Quro di Pondok Quro Karawang. Pada kira-kira tahun 1422, Nyai Subang Larang menikah dengan Prabu Siliwangi. Dari pernikahan mereka, lahirlah tiga orang anak, yaitu dua putra dan satu putri; yang putri adalah Nyai Rara Santang yang kemudian menikah dengan Raja Mesir dan melahirkan Syarif Hidayat dan adiknya, Syarif Nurullah.  

Dengan demikian, Syarif Hidayat  merupakan hasil perpaduan dua budaya yang berbeda. Dari sisi ayah, ia keturuanan raja Mesir, sementara dari sisi ibu, ia merupakan keturunan raja Pajajaran. Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari terdapat penjelasan tentang silsilah Sunan Gunung  Jati dari sisi ayah yang dimulai dari Nabi Muhammad hingga Syarif Abdullah. Berdasarkan silisilah ini, Syarif Hidayat merupakan generasi ke-18 dari Nabi Muhammad. Sedangkan dari garis ibu, Sunan Gunung Jati adalah keturunan raja Galuh Pajajaran, yang berawal dari Maharaja Galuh pertama, yaitu Pakuwan Maharaja Adi Putra yang mempunyai anak bernama Prabu Ciung Wanara.  Dari Ciung Wanara lahir beberapa generasi sampai Prabu Siliwangi, yang salah satu putrinya menikah dengan Syarif Abdullah dan punya anak bernama Syarif Hidayat, yang kemudian lebih masyhur dengan sebutan Sunan Gunung Jati itu.

Jika keturunan bisa digunakan atau bahkan dibuat untuk menambah legitimasi pengaruh atau kekuasaan seseorang, ia juga bisa digunakan sebaliknya.

About the author

Avatar photo

A.Suryana Sudrajat

Pemimpin Redaksi Panji Masyarakat, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten. Ia juga penulis dan editor buku.

1 Comment

Tinggalkan Komentar Anda