Ads
Mutiara

Midnight Express

Tuhan mengeluarkan sebelah tangan-Nya di dada Muhammad dan sebelahnya lagi di bahunya. Ketika itu Nabi merasakan kesejukan di tulang punggungnya. Lukisan seorang orientalis Prancis tentang Isra Mikraj.

Tengah malam, sunyi dan hening. Burung-burung malam membisu. Binatang-binatang diam. Gemercik air dan embusan angin juga tidak terdengar. Ketika itu Muhammad terbangun oleh suara yang memanggilnya. “Hai, yang sedang tidur, bangunlah!” Ketika bangkit, didepannya telah berdiri jibril. Wajahnya bagai salju. Membiarkan Rambutnya yang pirang tergerai,ia mengenakan pakaian beraksesori emas dan mutiar. Dari sekelilingnya, sayap-sayap aneka warna berkibasan. Tanganya memegang seekor hewan ajaib: burak, yang bersayap seperti garuda. Hewan itu membungkuk di hadapan Rasulullah, dan beliau pun naik.

Bagai anak panah, burak melesat di atas pegunungan Mekah, menuju utara. Berhenti di Gunung Sinai, di tempat Tuhan berbicara dengan Musa. Singgah di Betlehem, kampung halaman Yesus. Jibril menyertai perjalanan superekspres itu.

Ada suara-suara misterius mencoba menghentikan Nabi. Ia pikir, hanya Tuhan yang bisa menghentikan laju hewan itu.

Mereka sampai di Baitul Maqdis,  dan Muhammad mengikatkan binatangnya. Di puing-puing kuil Sulaiman, Rasul bersembahyang bersama lbrahim, Musa, dan Isa. Kemudian dibawakan tangga, yang lalu di pancangkan di batu Ya’qub. Dengan itu, Muhammad naik ke langit.

Langit pertama terbuat dari perak murni, dengan bintang-bintang yang digantungkan dengan rantai-rantai emas. Tiap langit dijaga malaikat, supaya jangan ada setan yang naik atau jin yang berniat mendengarkan rahasia-rahasia di sana. Di langit inilah Muhammad memberi hormat kepada Adam. Di tempat ini pula semua makhluk memuja Tuhan. Pada keenam langit berikutnya Nabi bertemu dengan Nuh, Harun, Musa, lbrahim, Daud, Sulaiman, ldris, Yahya, dan Isa. Juga melihat Izrail yang, saking gedenya, jarak antara kedua matanya saja 7.000 hari perjalanan. Malaikat maut ini, yang mengomandoi 100.000 kelompok malaikat, tampak mencatat nama-nama yang lahir dan yang mati dalam sebuah buku besar. Nabi juga melihat Malaikat Airmata, yang menangis karena dosa-dosa manusia, Malaikat Dendam yang berwajah tembaga, yang menguasai unsur api dan sedang duduk di singgasana yang juga api. Ada juga malaikat yang luar biasa besarnya, separo api, separo dari salju, dikelilingi kelompok-kelompok malaikat yang tak henti-hentinya menyebut asma Allah.

Langit ketujuh adalah tempat orang-orang yang adil, dengan malaikat yang lebih besar dari bumi ini seluruhnya: punya 70.000 kepala, tiap kepala 70.000 mulut, 70.000 lidah, tiap lidah dapat berbicara dengan 70.000 bahasa, tiap bahasa dengan 70.000 dialek. Semua itu memuja dan memuji serta mengkuduskan Tuhan.

Orang harus mengakui, orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan (Islam-Kristen) sampai begitu memuncak. Mereka menuduh Muhammad perampok unta, orang yang hanyut dalam foya-foya, tukang sihir, kepala bandit, bahkan menuduhnya sebagai pendeta Romawi yang dendam karena tidak dipilih menjadi paus.”

Sementara Nabi merenungkan makhluk-makhluk aneh itu, tiba-tiba membubung lagi hingga Sidratul Muntaha, di sebelah kanan ‘Arasy, menaungi berjuta-juta ruh malaikat. Sesudah melangkah, tidak sampai sekejap mata beliau sudah menyebrangi lautan-lautan yang begitu luas dan daerah-daerah cahaya yang terang benderang, lalu bagian yang gelap gulita disertai berjuta-juta tabir kegelapan, api, air, udara, dan angkasa. Tiap macamnya dipisahkan jarak 500 tahun perjalanan. Ia melintasi tabir-tabir keindahan, kesempurnaan, rahasia, keagungan, dan kesatuan. Di balik itu terdapat 70.000 kelompok malaikat yang bersujud tidak bergerak.

Kemudian membubung lagi ke tempat yang mahatinggi. Tiba-tiba, bumi dan langit menjadi satu. Hampir-hampir tak dapat lagi melihatnya, seolah sudah hilang tertelan, tampak hanya sebesar biji-bijian di tengah ladang yang  terbentang.

Lalu ia sudah berada di hadapan ‘Arasy. Sudah dekat sekali. Sudah dapat melihat Tuhan dengan persepsinya, melihat segala yang tidak terlukiskan dengan lidah, di luar jangkauan otak manusia. Maha Agung Tuhan yang mengeluarkan sebelah tangan-Nya di dada Muhammad dan sebelah lagi di bahunya. Ketika itu Nabi merasakan kesejukan di tulang punggungnya. Kemudian rasa tenang, damai, lalu fana ke dalam Diri Tuhan adanya.

Tuhan memerintahkan hamba-Nya itu supaya setiap muslim setiap hari bersembahyang 50 kali. Begitu Muhammad kembali turun, ia bertemu Musa. Katanya, “Bagaimana kauharapkan pengikutmu akan dapat melakukan alat 50 kali sehari? Aku sudah punya pegalaman — sudah kucoba anak-anak Israil sejauh yang dapat saya lakukan. Believe me. Saudara balik saja minta diskon.”

Muhammad kembali. Jumlah sembahyang lalu dikurangi menjadi 40. Tetapi Musa masih menganggapnya terlalu berat. Disuruhnya lagi Nabi penerusnya itu berkali-kali kembali, sehingga berakhir dengan ketentuan yang lima kali.

And now, Jibril membawa Nabi mengunjungi surga, sebelum kembali dengan tangga itu ke bumi. Burak pun dilepaskan. Lalu ia pulang dari Baitul Maqdis ke Mekah naik hewan itu.Memang, ada beberapa versi mengenai kisah Isra Mikraj. Adapun pelukisan di atas tidak bersumber langsung dari hadis-hadis. Melainkan saduran Emile Dermenghem, orientalis Prancis yang toh dinilai Haekal, penulis Hayatu Muhammad yang masyhur itu,   agak jujur dalam membuat analisis tentang sejarah Nabi.

Pengarang La Vie de Mahomet itu bahkan sering memperingatkan para koleganya. “Orang harus mengakui,” katanya, “orang-orang Baratlah yang memulai timbulnya pertentangan (Islam-Kristen) sampai begitu memuncak. Mereka menuduh Muhammad perampok unta, orang yang hanyut dalam foya-foya, tukang sihir, kepala bandit, bahkan menuduhnya sebagai pendeta Romawi yang dendam karena tidak dipilih menjadi paus.” Bukan main.

Tentang Penulis

Avatar photo

A.Suryana Sudrajat

Pemimpin Redaksi Panji Masyarakat, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten. Ia juga penulis dan editor buku.

Tinggalkan Komentar Anda