Aktualita

Usulan Langkah Alternatif Social Distance Untuk Menghambat Penyebaran Covid-19

Salah satu langkah penting menghambat penyebaran Covid-19, adalah melakukan social distancing, atau pada tahap lanjutnya melakukan karantina wilayah dengan meminta penduduk untuk sementara tetap tinggal di rumah.

Banyak pihak menganggap bahwa langkah ini beresiko menyengsarakan warga di kelas bawah, karena hidup mereka mengandalkan pendapatan harian atau mingguan. Kecuali itu, pendekatan ini dianggap membutuhkan biaya yang cukup besar oleh pihak pemerintah.

Untuk mengatasi kebuntuan ini, saya menawarkan alternatif dengan mengerucutkan masalahnya ke tingkat satuan komunitas terkecil yaitu per RT (Rukun Tetangga) atau RW (Rukun Wilayah); sehingga tersedia kemungkinan penyelesaian.

Penyelesaian ini dibangun dengan basis budaya gotong-royong yang masih tertanam di benak masyarakat Indonesia.

Langkah penyelesaian adalah sebagai berikut.

Untuk masyarakat rural atau masyarakat urban yang kemampuan ekonomi warganya cenderung heterogen:

  1. Meminta RT mendata warganya yang tidak mampu, dengan ukuran tidak punya cukup persediaan untuk hidup setidaknya selama 14 hari.
  2. Meminta RT mendata warganya yang mampu, yang sekiranya bisa ikut menanggung biaya hidup warga yang tidak mampu.
  3. Meminta warga yang mampu untuk menanggung biaya hidup 1 atau lebih keluarga yang tidak mampu selama 14 hari.

Sebenarnya, langkah serupa pernah diterapkan oleh masyarakat di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya saat mengalami gempa di tahun 2006; dan berhasil.

Untuk masyarakat rural atau masyarakat urban yang kemampuan ekonomi warganya cenderung homogen:

  1. Dalam kasus semacam ini, yang akan lebih berperan sebagai perantara adalah Kepala Desa/Lurah dan Camat.
  2. Kepala Desa/Lurah dan Camat mengumpulkan data wilayah-wilayah RT yang kemampuan ekonominya rata-rata mampu, dan yang rata-rata tidak mampu. Bila cakupan RT/RW yang rata-rata tak mampu dan rata-rata mampu ada di wilayah Desa/Kelurahan, maka yang berperan sebagai perantara pendistribusian adalah Kepala Desa/Lurah. Bila lintas Desa/Kelurahan maka yang menjadi perantara adalah Camat.
  3. PeranPemerintah Pusat, Propinsi, Daerah Dan Kota
  1. Tugas pemerintah hanyalah mengkoordinasi keserentakkan dan keteraturan pelaksanaannya.
  2. Tugas pemerintah hanya menjamin ketersediaan logistik selama 14 hari atau lebih, juga ketersediaan tenaga dan perlengkapan medis untuk menangangi ODP maupun PDP; juga pelaksanaan test corona bagi warga.
  3. Tugas pemerintah hanya membatasi gerakan warga selama setidaknya 14 hari.

Tiga langkah ini akan membuat biaya ekonomi ketika warga ‘dirumahkan’ menjadi rendah. Kecuali itu juga menghidupkan kembali semangat gotong royong masyarakat yang akhir-akhir ini cenderung terkikis.

Tiga langkah ini tentu saja membutuhkan kerja sama semua pihak; kecuali pemerintah, juga tokoh-tokoh agama dan masyarakat.

Demikian usulan ini, meski mungkin masih butuh penyempurnaan lebih lanjut, dibuat sebagai ikhtiar menyumbangkan pikiran untuk mengurai masalah yang sedang dihadapi bangsa ini.



Budayawan,tinggal di Pati Jawa Tengah. Pendiri Rumah Adab Indonesia Mulia

About the author

Avatar photo

Anis Sholeh Ba'asyin

Budayawan, lahir di Pati, 6 Agustus 1959. Aktif menulis esai dan puisi sejak 1979. Tulisannya tersebar di koran maupun majalah, nasional maupun daerah. Ia aktif menulis tentang masalah-masalah agama, sosial, politik dan budaya. Di awal 1980an, esai-esainya juga banyak di muat di majalah Panji Masyarakat. Pada 1990-an sempat istirahat dari dunia penulisan dan suntuk nyantri pada KH. Abdullah Salam, seorang kiai sepuh di Kajen - Pati. Juga ke KH. Muslim Rifai Imampuro, Klaten. Sebelumnya 1980an mengaji pada KH. Muhammad Zuhri dan Ahmad Zuhri serta habib Achmad bin Abdurrahman Al Idrus, ahli tafsir yang tinggal di Kudus. Mulai 2001 kembali aktif menulis, baik puisi maupun esai sosial-budaya dan agama di berbagai media. Juga menjadi penulis kolom tetap di beberapa media. Sejak 2007 mendirikan dan memimpin Rumah Adab Indonesia Mulia, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan non formal, penelitian, advokasi dan pemberdayaan masyarakat. Karya lainnya, bersama kelompok musik Sampak GusUran meluncurkan album orkes puisi “Bersama Kita Gila”, disusul tahun 2001 meluncurkan album “Suluk Duka Cinta”. Sejak 2012, setiap pertengahan bulan memimpin lingkaran dialog agama dan kebudayaan dengan tajuk ”Ngaji NgAllah Suluk Maleman” di kediamannya Pati Jawa Tengah mengundang narasumber tokoh lokal maupun nasional.

Tinggalkan Komentar Anda