Banyak yang mengira keturunan Syekh Arsyad Al-Banjari ini berasal dari Vietnam. Tetapi mengapa tempat mukimnya disebut Kampung Saigon dan menamakan pesantrennya Pesantren Saigoniyah?
Haji Muhammad Yusuf Al-Banjari adalah ulama perintis Kampung Saigon di Pontianak. Tempat dia mendirikan Pesantren Saigoniyah yang disebut-sebut sebagai pesantren pertama di Kalimantan Barat. Karena itu ia juga disebut Yusuf Saigon. Tetapi tidak sedikit yang mengira Muhammad Yusuf Saigon adalah orang Saigon (Vietnam), bukan orang Banjar. Pada 1975, menyusul berakhirnya Perang Vietnam, Saigon diubah menjadi Ho Chi Minh City.
Yusuf Saigon lahir di Pontianak, putra pedagang intan bernama Muhammad Thasin Al-Banjari. Tidak diketahui pasti mengenai kelahirannya, namun dikabarkan ia berumur lebih dari 100 tahun ketika wafat pada 1 September 1942. Ia adalah cicit ulama kenamaan Kalimantan Selatan, Muhammad Arsyad Al-Banjari. pengarang Sabilul Muhtadin, salah satu kitab paling masyhur di dunia Melayu. Yusuf mempunyai dua saudara kandung yaitu Muhammad Arsyad dan Abdur Rahman.
Setelah belajar ilmu-ilmu keislaman dari beberapa ulama, ia meneruskan usaha orangtuanya sebagai saudagar intan. Dalam usahnya, Muhammad Yusuf merantau ke seluruh tanah Kalimantan hingga Sumatera, bahkan sampai Saigon (Vietnam) dan Kamboja. Bertahun-tahun hidup di negara orang, Yusuf pun menemukan tambatan hati seorang gadis Saigon yang bernama Niah. Gadis tersebut kemudian dipersunting dan resmi menjadi istrinya.

Beberapa tahun kemudian Yusuf memboyong istrinya untuk kembali melakukan pengembaraan. Ia memilih untuk menyinggahi Kesultanan Pontianak, daerah bandar perdagangan yang ramai saat itu. Kepandaian Yusuf ternyata menarik hati Sultan Pontianak, Syarif Muhammad bin Syarif Yusuf Alkadrie (1895- 1944). Bahkan Sultan menghargai Yusuf dengan memberinya sebuah tempat untuk dibangun serta dimukiminya. Pemberian tersebut bermula dari permintaan sang ulama untuk diberikan tempat agar bisa menetap dan mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. Hal yang sama dilakukan Yusuf ketika masih menetap di Saigon. Namun, bukan hanya pemukiman yang dihadiahkan kepada Yusuf, Sultan juga menitahkan kepada sebagian masyarakat Pontianak untuk menjadikan Yusuf sebagai panutan dan untuk berguru kepadanya. Yusuf kemudian membangun perkampungan baru yang kini terletak di sepanjang Jalan Tanjung Raya II. Masyarakat yang diperintahkan ikut bersamanya kemudian membantu Yusuf membuka tiga buah perkampungan.
Di Pontianak, Yusuf juga membuka tanah perkebunan karet. Setelah usahanya berhasil, tempat baru itu ia beri nama “Kampung Saigon”. Dikatakan bahwa asal muasal penamaan Kampung Saigon bersumber dari asal sang istri yaitu Saigon. Akhirnya ia sendiri terkenal dengan panggilan Yusuf Saigon.
Dibantu saudaranya Muhammad Arsyad, Yusuf meneruskan perjuangan moyang mereka, Arsyad Al-Banjari. Pada tahun 1925 cita-cita kedua kakak beradik itu tercapai, dengan datangnya seorang pemuda yang alim dari Ketapang bernama Abdus Shamad yang mendapat pendidikan di Madrasah Shaulatiyah, Mekah. Ia ditampung oleh Muhammad Yusuf Saigon, lalu didirikanlah pondok-pondok tempat tinggal para pelajar, lalu berdirilah Pondok Pesantren Saigoniyah yang dianggap sebagai pondok pesantren yang pertama di Kalimantan Barat. Sayang, pada masa Perang Dunia II ponok pesantren ini ikut tenggelam menyusul datangnya balatentara Dai Nippon. Lembaga pendidikan ini baru hidup kembali pada 1977 dengan nama Madrasah Al-Irsyad