Tujuh cara yang harus ditempuh untuk menebus dosa: (1) doa, istigfar, dan tauhid; (2) salat; (3) sedekah; (4) menghadiri majelis zikir, membaca Alquran bersama-sama, atau mejelis taklim; (5) berbakti kepada orang tua; (6) memaafkan kesalahan orang; dan (7) sabar.
(6,7) Memaafkan dan Sabar
Memaafkan kesalahan orang tidak selalu gampang. Apalagi jika kesalahannya sangat menusuk harga diri kita. Padahal kalau kita mudah mengampuni kita juga mudah diampuni. Menuntut bela, membalas setimpal kepada orang yang menzalimi, itu hak orang yang dizalimi. Berarti memberi maaf tidak wajib hukumnya. Tapi, bukankah kita sendiri banyak dosa, dan mengharap ampunan Allah?
Demikian juga dengan sikap sabar menghadapi musibah dan ujian, baik yang datangnya dari Allah maupun dari manusia. Bahkan nanti ada yang lebih tinggi lagi dari sabar, yaitu ridha. Karena ridha itu mensyukuri cobaan dan pemberian apa pun dari Allah. Seperti orang alim yang sakit keras dan dari mulutnya tidak pernah terdengar kecuali ucapan al-hamdulillah. Seperti kita dikencingi bayi, anak kita atau cucu kita, dan kita bukannya marah tapi malah bahagia. Itulah ridha. Itulah pula ridha yang dinyatakan Allah sudah diberikannya kepada Nabi dan para sahabat beliau (Q. 5:119, 9:100, 48:18). Yang difirmankan Allah sebagai penghiburan kepada jiwa yang tenang (nafsun muthmainnah) di saat matinya (Q. 89: 27-30) Dan yang kita mohonkan agar dapat kiranya dikaruniakan kepada kita, sebuah anugerah yang bahkan, dinyatakan dalam sebuah hadis qudsi, lebih tinggi nilainya dibanding surga. Amin.***
Penulis: Syu’bah Asa. Sumber: Panjimas, 09-22 Januari 2003