Ads
Cakrawala

Makna Intrinsik dan Instrumental Salat (Bagian 7)

Dalam kaitannya dengan firman itu (Q. 107: 1-8) Muhammad Mahmud ash-Shawwaf menguraikan makna ibadat demikian: terdapat berbagai bentuk ibadat pada setiap agama, yang diberlakukan untuk mengingatkan manusia akan keinsafan tentang kekuasaan Ilahi yang Mahaagung, yang merupakan sukma ibadat itu dan menjadi hikmah rahasianya, sehingga seorang manusia tidak mengangkangi manusia yang lain, tidak berlaku sewenang-wenang dan tidak yang satu menyerang yang lain. Sebab semuanya adalah hamba Allah. Betapapun hebat dan mulianya seseorang namun Allah lebih hebat, lebih mulia, lebih agung, dan lebih tinggi. Jadi, karena manusia lalai terhadap makna-makna yang luhur ini maka diadakanlah ibadat yang benar, yang tentu memunyai dampak dalam pembentukan akhlak pelakunya dan dalam pendidikan jiwanya.

Dampak itu terjadi hanyalah dari ruh ibadat tersebut dan keinsafan yang pangkalnya iala pengagungan dan kesyahduan. Jika ibadat tidak mengandung hal ini maka tidak disebut ibadat, melainkan sekadar adat dan pamrih, sama dengan entuk patung manusia yang tidak disebut manusia melainkan sekdar hasil khayal atau bahan tanah dan perunggu semata.

Salat adalah ibadat yang paling agung dan suatu kewajiban  yang ditetapkan atas setiap muslim dan Allah memerintahkan untuk menegakkannya tidak sekadar menjalaninya. Menegakkan sesuatu berarti menjalankannya dengan tegak dan sempurna, karena kesadaran akan tujuannya, dengan menghasilkan berbagai dampak nyata. Dampak salat ialah sesuatu yang diberitakan Allah kepada kita denfan firman-Nya, “Sesungguhnya salat mencegah dari yang kotordan keji (Q. 2:45).” Dan firman-Nya lagi ,”Sesungguhnya manusia diciptakan gelsah. Jika keburukan menimpanya , ia banyak berkeluh kesah. Dan jika kebaikan menimpanya, ia banyak mencegah (dari sedekah). Kecuali mereka yang salat. 9Q. 70: 19).

Allah  memberi peringatan keras kepada mereka yang menjalani salat hanya dalam bentuknya, seperti gerakan dan bacaan tertentu, namun melupakan  hikmah rahasianya, yang semestinya mengantarkannyakepada tujuan mulia berupa gladi keperibadian, pendiikan kejiwaan, dan peningkatan budi. Allah berfirman, “Makacelakalah mereka yang salat, yang lupa akan salat mereka sendiri. Yaitu mereka yang suka pamrih, lagi enggan memberi pertolongan.” Mereka itu dinamakan orang yang salat,  karena mengerjakan bentuk lahir salat itu, dan digambarkan sebagai lupa akan salat yang hakiki karena jauh dari pemusatan jiwa yang jernih dan bersih kepada Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung, yang seharusnya mengingatkannya untuk takut kepada-Nya, dan menginsafkan hati akan kebesaran kekuasan-Nya dan keluhuran kebaikan-Nya. (Bersambung)          

Penulis: Prof. Dr. Nurcholish Madjid (Sumber: Panjimas, Oktober 2003)

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading