Orang yang beriman yang ideal disebut ahl dzikr. Dan tugas ahl dzikr yang ideal hakikatnya mengamalkan sifat-sifat Tuhan yang tercerahkan dalam bentuk kebajikan.
Kata zikir berasal dari Alquran. Zikir punya makna luas. Pertama, adz-dzikru itu berasal dari Asmaul Husna, nama Allah yang 99. Kedua, adz-dzikru juga nama lain dari Alquran, seperti termaktub dalam Q. 15:9: “Inna nahnu nazzalnadz dzikra wa inna lahu lahafizhun (Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Adz-Dzikru dan sesungguhnya Kamilah yang menjaganya)”.
Mengapa Allah memilih nama Diri-Nya adz-dzikru? Salah satu penjelasannya adalah karena Allah tidak melupakan makhluk ciptaan-Nya. Ini didukung firman Allah dalam Ayat Kursi (Q. 2:225) – adanya tiga poin tentang Allah. Pertama, Allah tidak pernah mengantuk; kedua, tidak pernah tidur, dan ketiga, di ujung ayat, Allah tidak pernah capek merawat, memperhatikan, menjaga, mencintai ciptaan-Nya. Di dalam surah Ar-Rahman (55): 29 disebutkan, “Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”
Kalau kita hubungkan yang di atas itu dengan salah satu pandangan dalam filsafat, ada pendapat bahwa benar Allah ada. Dia yang menciptakan alam, tetapi setelah alam tercipta Dia tidak lagi terlibat dalam urusan manusia. Ini yang mula-mula melahirkan faham kebebasan. Misalnya yang menyebutkan tidak perlunya doa, karena manusia sudah dikasih akal, dikasih perasaan, sudah diberi penghayatan. Jadi lepaslah intervensi Tuhan. Tetapi ini tidak lagi sesuai dengan jiwa Alquran. Alquran menyebut bahwa Allah tidak pernah tidur, tidak pernah lelah, terus-menerus menjaga dan memperhatikan ciptaan-Nya, selalu berada dalam kegiatan: menciptakan menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezeki, dan lain-lain. Semua itu tercakup dalam satu kata: adz-dzikru.
Jadi, mengapa Allah disebut Adz-Dzkr? Karena ia senantiasa mengingat , membina, memperhatikan, memberi dengan sepenhnya, mencintai, menyayangi mahluk ciptaan-Nya. Apalagi manusia itu kan makhluk-Nya yang paling sempurna dari segala makhluk lainnya.
Sekarang, mengapa Alquran dinamakan Adz-Dzikr? Yang pertama, Alquran itu firman Allah. Justru Alquran ada, dan lewat Alquran kita tahu para nabi diutus Allah untuk memberikan peringatan dan berita-berita dari Tuhan. Itu bentuk kasih sayang Allah kepada manusia; bentuk zikir Allah kepada manusia. Dia memperhatikan, menyayangi, mencintai, tapi juga menurunkan Alquran. Jadi Alquran itu merupakan kado (hadiah) kepada manusia, karena Dia tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya. Makanya Alquran dinamakan adz-dzikru. Juga, dalam Alquran perintah zkir itu ada – dalam surah 73 (Al-Muzammil): 8, “Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.”
Yang kedua, mengapa Alquran itu dinamakan adz-dzikru. Mula-mula dikatakan, “Oh ya Tuhan, firman-Mu saya terima, saya telah membacanya, saya meyakininya. Kemudian saya membacanya, mendalaminya dan saya ingin hidup saya dihiasi dengan Alquran.“ Dengan begitu, dia sudah berzikir, atau mengingat Tuhan.
Karena itu orang yang beriman yang ideal disebut ahl dzikr. Dan tugas ahl dzikr yang ideal hakikatnya mengamalkan sifat-sifat Tuhan yang tercerahkan dalam bentuk kebajikan. Termaktub dalam Q. 2:231: “Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu dan apa yang diturunkan Allah yaitu Al-Kitab (Alquran) dan Al-Hikmah (Sunnah).” Dan jika kita menemukan masalah di bumi ini maka “tanyakanlah kepada ahlinya jika kamu tidak mengetahui” (Q. 16:44). Yang dimaksudkan ialah ahl ilmi, yang punya pengetahuan, punya pemahaman, punya pendalaman Alquran.
Apakah zikir bisa menenteramkan hati kita? (Bersambung)
Penulis: Dr. Asep Usman Ismail (Sumber: Panjimas, Juli 2003).