Ramadan

Beriman Tanpa Amal Saleh Tak Banyak Artinya

Apakah orang yang rajin berpuasa baik puasa wajib maupun sunah, bisa otomatis disebut orang yang saleh? Nanti dulu. Apa sih yang dimaksud dengan saleh itu? Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan, saleh adalah taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, suci dan beriman. Jadi orang yang saleh adalah orang yang suci dan beriman, yang taat dan sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah.

Perihal orang yang beriman dan orang saleh, saya telah beberapa kali menulisnya, antara lain dalam dua buku kecil saya Memaknai Kehidupan (halaman 53 – 56) dan Memetik Hikmah Kejadian Sehari-hari (halaman 39 – 43). Insya Allah saya tidak akan pernah bosan menulis hal tersebut, sebagaimana juga Al Qur’an mengulang-ulang sesuatu masalah, karena minimal hal itu bermanfaat untuk mengingatkan diri saya sendiri, syukur alhamdulillah jika bermanfaat pula bagi bagi orang lain khususnya para sahabat.

Di dalam Al Qur’an, kata iman pada umumnya digandengkan dengan amal. Misalnya dalam surat Al Bayyinah:7, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. Contoh lain lagi adalah surat An Nahl:97, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”.

Mengapa cukup banyak kata iman yang dikaitkan dengan kata amal, karena amal merupakan realisasi dari iman. Iman tanpa amal, tidak banyak arti dan kemaslahatannya, dan hanya Tuhan serta diri kita saja yang tahu benar tidaknya kita sungguh-sungguh beriman. Sebagai contoh adalah ibadah puasa, yang dalam hadis qudsi disebutkan, “ kecuali puasa itu untukKu dan Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena Aku.’“  (HR.Bukhari dan Muslim).

Benarkah puasa kita telah kita niatkan dan jalankan semata-mata karena Allah SWT, ataukah bukan karena kita malu dan takut pada orangtua, pada pimpinan kita di kantor dan lain-lain sebab yang terkait hubungan dengan sesamanya?

Amal saleh atau perbuatan yang mulia dan baik seringkali hanya ditafsirkan secara sempit, terbatas pada ibadah mahdah atau ritual-ritual ibadah yang kita kenal sehari-hari seperti salat, puasa, zakat dan haji. Bahkan yang belakangan ini sangat memprihatinkan, ada yang sekedar menggunakan ukuran formalitas misalkan berkopiah putih atau bersorban bagi pria dan berjilbab bagi wanita, sudah bisa langsung diberi predikat orang beriman yang saleh.

Berbeda halnya apabila iman dikaitkan dengan amal, maka akan nampak wujudnya dalam perilaku sehari-hari. Dengan demikian iman baru akan sempurna jika dibuktikan atau diwujudkan dalam amal perbuatan dan perilaku, yang tercermin pada kehidupan kita sehari-hari, dalam bermuamalat, yaitu pergaulan kita terhadap sesamanya termasuk pada lingkungan, pada alam, pada hewan dan tumbuh-tumbuhan, pada tetangga, pada sanak saudara.        

Semoga ibadah puasa, salat, zakat dan haji kita tidak putus hanya pada sekedar ritual ibadah, melainkan terus bersambung ke ibadah-ibadah muamalah yang bermanfaat pada terwujudnya rahmat bagi alam semesta. Itu semua bisa terjadi apabila kita tidak lalai dalam menghayati hakikat ibadah-ibadah tersebut sekaligus pandai memetik hikmahnya.

Amin.

(Mutiara Hikmah Puasa, B.Wiwoho)

About the author

Avatar photo

B.Wiwoho

Wartawan, praktisi komunikasi dan aktivis LSM. Pemimpin Umum Majalah Panji Masyarakat (1996 – 2001, 2019 - sekarang), penulis 40 judul buku, baik sendiri maupun bersama teman. Beberapa bukunya antara lain; Bertasawuf di Zaman Edan, Mutiara Hikmah Puasa, Rumah Bagi Muslim-Indonesia dan Keturunan Tionghoa, Islam Mencintai Nusantara: Jalan Dakwah Sunan Kalijaga, Operasi Woyla, Jenderal Yoga: Loyalis di Balik Layar, Mengapa Kita Harus Kembali ke UUD 1945 serta Pancasila Jatidiri Bangsa.

Tinggalkan Komentar Anda