Setiap ada sekelompok orang duduk dalam suatu majelis yang berzikir kepada Allah, niscaya mereka akan dikepung para malaikat dan dipenuhi rahmat, dan Allah akan menyebut mereka kepada para malaikat yang berada di sisi-Nya. (H.R. Muslim)
Suatu hari Rasululah s.a.w. kedatangan orang-orang miskin dari kaum Muhajirin. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya itu telah lebih dulu sampai pada kedudukan yang tinggi serta kenikmatan yang langgeng.”
“Ada apa dengan mereka?” kata Rasulullah.
“Mereka bisa melaksanakan salat seperti kami. Mereka bisa berpuasa seperti kami. Namun mereka bisa bersedekah, sementara kami tidak. Mereka bisa memerdekakan budak, sedangkan kami tidak.”
“Bukankah aku pernah mengajarkan kepada kalian sesuatu, yang dengan itu kalian bisa mengejar orang-orang yang telah mendahului kalian, dan dengan itu pula kalian bisa mendahului orang yang datang setelah kalian. Tidak ada yang lebih utama dari kalian, kecuali ia melakukan sebagaimana yang kalian lakukan.”
“Tentu, ya Rasulullah,” mereka menyahut.
“Bertasbih, bertakbir dan bertahmidlah kalian 33 kali sesudah salat.”
Berkata Abu Shalih, yang meriwayatkan hadis itu dari Abu Hurairah, “Orang-orang Muhajirin itu lalu kembali menghadap Rasulullah seraya mengatakan, ‘Saudara-saudara kami, para pemilik harta itu mendengarkan apa yang kami lakukan, sehingga mereka pun melakukan hal yang sama.’ Menjawab Rasulullah s.a.w. : ‘Itu adalah anugerah Allah. Dia akan memberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki’.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis lain, dari penuturan Ibn Umar, Rasulullah bersabda:
“Maukah kuceritakan kepada kalian tentang orang yang terbaik dan paling bersih dalam pandangan Tuhanmu, serta orang-orang tertinggi derajatnya da antaramu, yang lebih baik dari menyedekahkan emas dan perak serta memerangi musuh-musuh kalian dan memenggal leher mereka, dan mereka juga memenggal leher kalian?” Para sahabat bertanya:
“Apakah itu, Rasulullah?”
“Zikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (H.R. Baihaqi).
Dari Abu Hurairah, Jabir ibn Abdullah r.a. menceritakan: “Rasulullah s.a.w. mendatangi kami, dan berkata: ‘Hai manusia merumputlah di taman surga.’
‘Apakah taman surga itu?’ kami bertanya. Beliau bersabda:
‘Majelis orang berzikir.’ Beliau melanjutkan:
‘Berjalanlah pada pagi dan sore hari, dengan berzikir. Barangsiapa ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah Ta’ala, maka lihatlah bagaimana kedudukan Allah Ta’ala pada dirinya. Karena sesungguhnya (derajat) yang diturunkan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya sepadan dengan (derajat) di mana hamba mendudukkan-Nya di dalam dirinya’.” (H.R. Tirmidzi).
Zikir dibagi dua: zikir lisan dan zikir hati. Anda baru bisa mencapai taraf zikir hati dengan melakukan zikir lisan. Dan zikir hatilah menurut para sufi yang membuahkan pengaruh sejati.
Berzikir, dengan begitu, sejatinya adalah menghidupkan hati. Begitu pula sebaliknya dengan melalaikan Allah. Ibn ‘Athaillah As-Sakandari mengatakan dalam kitabnya Al-Hikam yang masyhur itu, “Di antara tanda-tandanya mati adalah tidak sedih atas ketaatan yang luput dilakukan, dan tidak bersedia menghadapi kesalahan-kesalahan yang dikerjakan.”