Adab Rasul

Nabi Gembira Jika Bisa Memberi

Pernah membayar sesuatu lebih mahal dari harga yang ditawarkan? Sedekah memadamkan kesalahan, seperti air  memadamkan api.

Suatu hari, ketika Nabi s.a.w. membagi-bagikan makanan, tiba-tiba muncul Usaid ibn Hudair. Sahabat Anshar ini mengingatkan Rasulullah bahwa ada keluarga dari Banu Dhafar yang sangat butuh makanan. Kebetulan seluruh anggota keluarga tersebut perempuan. “Usaid, mengapa kamu baru mengingatkan aku sekarang,” kata Nabi. “Padahal makanan sudah habis kubagi. Nanti, kalau aku dapat kiriman lagi, pasti kubagi.”

Benar, tak berapa lama datang kiriman dari Khaibar. Usaid pun bergegas menemui Nabi dan mengingatkan soal keluarga Banu Dhafar. Kebijaksanaan Nabi, dalam membagi makanan: beliau tidak pernah melupakan kaum Anshar (Para Penolong, penduduk asli Madiah) dan memberi lebih kepada mereka. Demikian juga kepada Banu Dhafar, akhirnya. Usaid menyampaikan terima kasih. “Adapun untuk saudara-saudaraku dari Anshar,“ kata Nabi, “Allah membalas semua kebaikan kalian kepada kami. Tak pernah aku lihat suatu kaum yang lebih mulia dan lebih sabar daripada kalian. Kelak, setelah aku meninggal, semoga kalian dapat bagian pula, sementara aku menunggu kalian di Telaga Kautsar.”

Dikatakan, salah satu kegembiraan Rasulullah adalah memberi. Ragamnya macam-macam: hibah, sedekah, atau hadiah. Kadang beliau membeli sesuatu, lalu barangnya diberikan kembali kepada si penjual, seperti dalam kasus keledai Jabir. Kadang meminjam sesuatu kemudian mengembalikannya alam jumlah lebih besar, lebih banyak, atau lebih baik. Atau membayar lebih mahal daripada harga yang disodorkan.

Beliau sendiri memotivasi orang agar semaksimal mungkin bersedekah. Sabdanya, “Barangsiapa bersedekah senilai sebutir kurma dari usaha yang halal – dan Allah tidak menerima selain yang halal – Allah menerima dengan Tangan Kanan-Nya, kemudian menyimpannya untuk pemiliknya, seperti kalian memelihara anak kudanya, sehingga sedekahnya setinggi gunung.” (Bukhari). Hikmahnya, kata Nabi: “Sedekah bisa mematikan kesalahan, seperti air mematikan api.” (Nasa’i). Dan bukankah Allah sangat mencintai mereka yang murah hati, dan melipatgandakan pahala mereka?

Allah berfirman: “Amsal orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah amsal sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, di tiap tangkai seratus biji. Allah memberi kelipatan bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Q. 2:261). Memberi juga merupakan wujud dari cinta. Yang ini dikatakan oleh Erich Fromm, seorang psikolog  terkemuka dan pengagum Jalaluddin Rumi, dalam bukunya The Art of Loving yang masyhur dan banyak mengutip mistikus besar Islam itu

About the author

Avatar photo

A.Suryana Sudrajat

Pemimpin Redaksi Panji Masyarakat, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten. Ia juga penulis dan editor buku.

Tinggalkan Komentar Anda