Tasawuf

Akar Semua Dosa

Ketamakan, kedengkian dan  kesombongan merupakan titik paling rawan dalam diri manusia, karena bisa mengundang berbagai kesalahan dan mengantar kita kepada kemaksiatan.

Dari penuturan Urwah ibn Az-Zubair r.a. Suatu hari dia terheran-heran melihat Umar ibn Al-Khattab r.a. memikul air. “Amirul Mukminin, pekerjaan ini tidak patut untuk Anda,” sapa Urwah. Apa jawab Umar?

“Ketika para delegasi datang kepadaku, mendengarkan aku, dan menaati, tiba-tiba muncul perasaan sombong dalam diriku.” Begitu. “Sekarang aku menghancurkannya.” Ia lalu melanjutkan memikul air itu dan membawanya ke rumah seorang wanita Anshar. Khalifah ini juga pernah ditanya mengapa ia selalu berjalan cepat. Jawabnya, itu membawanya lebih lekas ke tempat tujuan, dan menjaganya dari kesombongan.

Yang ini cerita tentang Umar ibn Abdil Aziz, yang sering disebut Umar II. Suatu malam, ketika sedang menulis, ia kedatangan tamu. Padahal lampunya hampir padam karena   minyaknya hampir habis.

“Biarlah saya yang membesarkan nyalanya,” tamu itu menawarkan diri.

“Jangan, tidak sopan menjadikan tamu sebagai pelayan,” kata Umar.

“Kalau begitu,  saya yang akan panggil pelayan.”     

“Tidak usah, dia baru saja tidur,” kata Umar. Ia lalu pergi untuk mengisi lampu itu.

“Amirul mukminin, mengapa Anda lakukan sendiri?”

“Saudara,” jawab Umar, “aku melangkah dari sini sebagai Umar, dan kembali lagi sebentar nanti masih sebagai Umar.”

Kita tambahkan di sini cerita anonim seorang sufi yang juga tidak disebut namanya. Ia melihat seorang laki-laki, ketika sedang bertawaf, dikelilingi orang-orang  yang menyanjung-nyanjungnya, dan tentu saja mengganggu orang  lain yang berada di sekitar Ka’bah. Di masa yang lain, tiba-tiba dia melihat orang tadi di sebuah jembatan di Baghdad  sedang mengemis. “Aku terkejut,” kata si sufi, yang kemudian bertanya mengapa hal itu bisa terjadi.. “Lalu dia berkata kepadaku: ‘Dulu aku membanggakan diri di tempat manusia mestinya merendahkan diri,. Jadi sekarang Allah menimpakan kehinaan kepadaku di tempat orang-orang membanggakan diri.”.

 Itulah kesombongan atau bangga diri. Seperti halnya ketamakan dan kedengkian, kesombongan merupakan titik paling rawan dalam diri manusia, karena bisa mengundang berbagai kesalahan dan mengantar kita kepada kemaksiatan. Seperti dituturkan oleh Abdullah ibn Mas’ud r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:  “Tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah. Waspadalah terhadap kesombongan (kibr), sebab ia menjadikan Iblis menolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadap kerakusan (hirsh), yang menyebabkan Adam memakan buah pohon terlarang. Waspadalah terhadap dengki (hasad), yang membuat anak Adam membunuh saudaranya.”

Bagaimana dengan rakus alias tamak?

“Sesungguhnya setiap bangsa itu mempunyai bencana (fitnah) dan bencana umatku adalah harta.” Demikian sabda Rasul, seperti diriwayatkan oleh Tirmidzi. Hadis ini mengisyaratkan, bahwa harta yang membawa fitnah itu tentu saja tidak terkait dengan  cara orang mengumpulkannya yang berdasarkan syariat, tetapi lantaran kecintaan dan kerakusan terhadapnya. Dengan lain perkataan, harta menjadi petaka karena ada kerakusan pada orang yang menguasainya

Itulah yang kita kenal dengan istilah hubbud-dunya. Tidak berarti kita harus membenci dunia atau anti-kekayaan. Sebab bagaimanapun juga dunia adalah tempat kita bercocok tanam bagi kehidupan di akhirat kelak. Nabi s.a.w. bersabda: “Dunia ini diciptakan untuk kamu, sedangkan kamu diciptakan untuk akhirat.”

Kata seorang sufi, kekayaan yang ada pada kita baru menjadi milik kita sesudah berpindah ke tangan orang lain. Rezeki yang kita peroleh memang tidak untuk dikangkangi, tapi untuk diedarkan. Nabi pernah menasihati Asma bnti Abu Bakr, dan tentu saja kita semua: “Janganlah kamu mengumpulkan harta kemudian menumpuknya. Jika kamu berbuat demikian, Allah akan berbuat sebaliknya. Jangan pula kamu kikir…. Berilah sebatas kemamuanmu. (HR Bukhari dan Muslim). 

Bagaimana dengan dengki?

Rasulullah s.a.w bersabda, “Dengki dapat memakan kebajikan sebagaimana api melalap kayu bakar.” (HR Ibn Majah).

Dikatakan, tanda-tanda kedengkian ada pada seseorang yang suka menjilat orang yang di dekatnya, memfitnahnya ketika jauh, dan senang jika bencana menimpa orang lain. Oleh karena itu, seperti dikatakan Imam Al-Qusyairi, “Engkau   jangan sampai mencintai orang yang mendengkimu, sebab ia tidak akan pernah menerima kebaikanmu.” Imam juga  juga menyatakan, “Jika Allah hendak memberikan kekuasaan kepada seorang musuh yang yang kejam tidak kenal ampun, maka kekuasaan itu diberikan-Nya kepada pendengkinya.”

Berkata Umar ibn Abdil Aziz,  “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih zalim yang sama dengan kezaliman pendengki. Sebab ia senantiasa berada dalam keadaan sengsara dan nafas sesak.”   Sayang, tidak semua orang waspada terhadap ketiga akar dosa itu. Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziah, murid Ibnu Taimiyah, ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mewaspadai ketiga hal itu. Pertama, carilah teman yang jujur dan kuat dalam beragama. Jadikan dia pengawas yang mengingatkanmu terhadap akhlak dan aneka  perbuatan yang harus kamu jauhi. Kedua, carilah informasi mengenai segala aib kamu dari musuh-musuhmu. Sebab dari merekalah kamu akan lebih banyak tahu semua kekuranganmu,  dibanding para sahabatmu yang cenderung menutup-nutupi. Ketiga, kamu juga harus banyak bergaul. Dari situ kamu tahu mana-mana yang tercela, yang patut kamu jauhi. Wallahul hadi

About the author

Avatar photo

A.Suryana Sudrajat

Pemimpin Redaksi Panji Masyarakat, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten. Ia juga penulis dan editor buku.

Tinggalkan Komentar Anda