Beberapa Hikmah
Berikut ini adalah beberpa hal yang bisa kita petik dari keteladanan Syekh Nawawi. Pertama, sikap Syekh Nawawi terhadap ilmu dan pencarian ilmu (thalabul ilmi) yang penuh semangat sehingga beliau mewariskan karya-karyanya yang masih dibaca sampai sekarang, jelas dilandasi oleh niat dan semangat keagamaan yang kuat. Beliau berpegang teguh pada tradisi agama kita yang penuh dengan nasihat supaya berpengetahuan dan menjauhi kebodohan. Semangat demikian telah diperlihatkan secara mengesankan oleh generasi salaf ketika mereka mencari dan menemukan serta memperkaya warisan Yunani, Persia, Romawi, Israel, dan Arab. Untuk mencapai derajat keilmuan yang tinggi, tidak ada jalan lain bagi para santri, kecuali memiliki etos atau semangat keilmuan yang dimiliki oleh Syekh Nawawi. Hal ini mudah diucapkan, tapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Sebab sang pencari ilmu alias thalib biasanya akan menghadapi berbagai kesukaran atau masyaqqah dalam perjalanan mencari ilmu tersbut. Bahkan setelah menjadi alim atau orang berilmu pun, dia harus menghadapi berbagai tantangan lainnya, yang bisa merusak integritas keulamaannya.
Kedua, Syekh Nawawi tahu akan kemampuan dan bakat dirinya, karena itu pula dia mampu menentukan pilihan untuk kariernya. Sekali pilihan telah ditentukan, maka tidak ada jalan lain kecuali memperjuangkannya secara all-out, dengan mencurahkan seluruh tenaga, waktu dan pikirannya. Sebuah karya yang bagus, pastilah lahir dari sebuah ketekunan yang penuh sungguh. Orang sekarang menyebutnya profesionalisme.
Ketiga, berbagai pengormatan yang diterima Syekh Nawawi sehubungan dengan derajat keilmuannya, tidak menyebabkannya menjadi manusia “yang lain dari yang lain”, atau sejenis alien, yang merasa dirinya istimewa dan harus diistimewakan. Perilakunya yang biasa-biasa saja, seperti orang kebanyakan, selain menunjukkan bahwa Nawawi seorang yang tawadhu’, juga mengindikasikan bahwa beliau seorang yang egaliter. Semangat musaawah atau egalitarianisme inilah yang harus kita pupuk dalam kehidupan kita.
Keempat, meskipun bukan seorang aktivis politik, Nawawi tidak buta bahkan boleh dikatakan cukup mengikuti perkembangan politik di tanah airnya. Ini menunjukkan bahwa beliau sangat mencintai tanah airnya, kendatipun berada jauh dan tinggal di negeri orang. Sikapnya yang antipenjajahan terhadap orang Eropa yang kafir, tidak dengan sendirinya menjadikan Syekh Nawawi seorang yang antikafir, bahkan dia tidak menolak untuk bekerja sama dengan mereka demi kebaikan dunia. Hal ini menunjukkan bahwa beliau seorang muslim yang moderat, tapi tegas terhadap berbagai bentuk kezaliman seperti penjajahan. Sikap moderat yang diperlihatkan Syekh Nawawi ini merupakan warisan yang harus kita rawat terus. Meskipun demikian, kita harus menunjukkan sikap tegas jika berhadapan dengan hal-hal yang berkenaan dengan aqidah islamiyah. (Bersambung)